Usaha Sablon Manual yang Tetap Eksis di Tengah Serbuan Sablon Digital
USAHAMUSLIM.ID,MAKASSAR – Meskipun saat ini semua sudah serba digital, namun ternyata bisnis kaos sablon manual masih tetap eksis di tengah perkembangan teknologi digital printing.
Bahkan pandemi yang mewabah saat ini, tidak mampu meredam geliatnya yang seolah tak kehilangan penggemar.
Irfan Hafid, adalah seorang pebisnis sablon manual yang sampai saat ini masih terus eksis.
Kepada usahamuslim.id, pemilik usaha sablon J2 Clothing ini mengaku tidak khawatir dengan makin banyaknya usaha sablon digital saat ini.
” Ada dua hal yang menjadikan saya bertahan dengan sistem manual, pertama lebih mengarah ke kreatifitas.
Kemudian yang kedua jauh lebih murah dibanding dengan digital, sehingga dengan dua point ini, kami para sabloner manual merasa tidak perlu khawatir kehilangan pelanggan,”ujarnya.
Di kediamannya yang beralamat di Perumahan BPS 1, Blok J2 no 16, ayah dari lima orang anak ini menjalankan bisnis sablonnya, sejak 3 tahun terakhir ini dengan memasang standar harga makassar sesuai harga kaos jenis combed 24s Rp60 ribu per lembar.
Ditanya mengenai imbas pandemi terhadap usahanya, pria yang juga aktif mengisi kajian di Mesjid Kompleks Khadijah-Sudiang ini mengaku tidak terlalu khawatir.
“Kalau soal penurunan orderan, ya pastilah semua sabloner mengeluh karena orderan berkurang bahkan sampai kadang tidak ada orderan yang masuk. Tapi kita tetap optimis bahwa yang namanya usaha memang dinamikanya seperti itu, kadang ramai kadang sepi, dan itu sesuatu yang wajar saja. Tugas kita hanya berusaha, adapun hasil itu serahkan kepada Allah,” jelasnya.
Dalam situasi normal, dirinya biasa menerima orderan dari perusahaan dan kantor pemerintahan, maupun komunitas pemuda atau organisasi.
“Hanya saja kami memberlakukan ketentuan minimal orderan, yakni minimal 12 lembar untuk satu desain atau motif,”katanya.
Adapun untuk jenis tinta yang digunakan adalah jenis plastisol, merupakan jenis tinta yang mudah diaplikasikan pada media yang akan disablon, awet dan tahan lama. (UM/Khairil Anas)