Manisnya Budi Daya Madu Lebah Trigona di Bulukumba
USAHAMUSLIM.ID , BULUKUMBA – Lebah Madu Trigona termasuk jenis lebah yang baru dikenal dan baru mulai dibudidayakan oleh sejumlah masyarakat akhir-akhir ini. Jenis lebah ini termasuk jenis lebah yang mudah untuk dibudidayakan karena tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya diperlukan sarang atau stup dan ketersediaan sumber pakan yang cukup.
Seperti yang dijalani oleh Muhammad Arifin beserta sejumlah warga Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mereka membudidayakan tanaman kelor pada lahan-lahan kebun dan pekarangan rumah mereka, sebagai sumber pakan untuk lebah.
Hal tersebut disampaikan oleh Muhammad Abu Shafa, Pembina Komunitas Kelor Sulawesi-Selatan kepada usahamuslim.id.
Menurutnya, budidaya lebah madu trigona yang dikombinasikan dengan budidaya tanaman kelor ini memiliki banyak manfaat antara lain:
1. manfaat ekologis, yakni memudahkan proses penyerbukan pada tanaman kelor oleh lebah
2.manfaat ekonomi, meningkatkan hasil produksi dari lebah trigona, baik berupa madu, propolis, maupun bee pollen.
3.manfaat sosial, dengan pembudidayaan seperti ini, membuka peluang usaha bagi masyarakat, bahkan sebagai obyek penelitian serta meningkatkan potensi daerah.
Lebih jauh, pria yang akrab disapa Abu Shafa itu mengatakan, kelebihan dari lebah Trigona adalah karena dia merupakan salah satu jenis dari Genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat, sehingga mudah dalam pemeliharaan maupun dalam proses panen.
Dikatakannya, Trigona mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang.
Untuk wilayah pembudidayaan lebah madu Trigona di kabupaten Bulukumba, ditemukan tersebar dari dataran rendah atau daerah pantai hingga ke daerah dataran tinggi pegunungan, sehingga dapat dikatakan lebah madu Trigona ini dapat dibudidayakan di semua lokasi.
“Jadi peternak lebah yang menjadi binaan kami tersebar di beberapa tempat, karena usaha ternak lebah Trigona ini kami sosialisasi melalui media internet informasi sudah tersebar ke berbagai penjuru Nusantara.
Selain memanfaatkan lahan sendiri, kami juga bekerjasama dengan warga lain yang memiliki lahan kebun tanaman kelor, rata-rata tiap orang memiliki lahan seluas 4 hektar.”ungkap Muhammad Arifin
Adapun teknik budidaya lebah madu trigona terbilang sangat mudah, karena peralatan yang dipergunakan juga tidak terlalu banyak dan mudah diperoleh, antara lain sarang (stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil perasan madu.
Untuk pembuatan sarang atau stup, hanya dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan ± 2 cm, untuk menjaga kelembaban dan stabilitas sarang. Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi meninggalkan sarangnya.
Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil. Setelah 3 hari, stup siap digunakan.
Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung di tempat yang teduh, seperti pada pohon besar dengan alasan menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya, atau dapat pula diletakkan pada rak yang disiapkan khusus.
“Sarang-sarang lebah yang dibuat itu juga bisa digantung disekitar pinggiran rumah dan pohon – yang tumbuh di halaman rumah, adapun kalau menggunakan rak penyimpanan stup, bisa diletakkan di kebun atau halaman rumah,”kata Muhammad.
Produksi madu lebah Trigona ini cukup singkat, yakni umur 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona untuk memproduksi madu. Selama rentang waktu tersebut, stup didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan agar trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu. Hanya dilakukan pemeliharan seperti pembersihan dari sarang laba-laba, pembersihan dari sarang semut, dan pengecekan kondisi stup jika terkena air hujan.
Selanjutnya adalah tahap pemanenan madu maupun propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-hati, tanpa mengganggu telur dan ratu lebah madu trigona. Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakkan di mangkuk untuk kemudian dilakukan penirisan.
Teknik penirisan madu dilakukan dengan maksud agar madu tetap steril dan tidak terlalu banyak kontak dengan tangan. Hasil tirisan madu langsung dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung ditutup.
Untuk propolis, setelah propolis dipanen langsung diletakkan ke dalam toples dan kemudian ditutup rapat. Pemanenan bisa dilakukan setiap 3 bulan atau 4 bulan sekali, atau tiga kali dalam setahun untuk setiap stup.
“Jadi budidaya trigona ini cukup mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya perlu penyediaan stup dan lokasi yang mempunyai banyak tanaman yang berbunga dan bergetah, itu sebabnya kami menyarankan seluruh anggota kami dalam komunitas Kelor Sulawesi Selatan, untuk terus meningkatkan budi daya tanaman kelor, karena tanaman kelor termasuk tanaman yang bunganya banyak mengandung nutrisi yang menyehatkan.”tegas Muhammad Abu Shafa.
Selain menghasilkan Madu Trigona untuk dikonsumsi, disini juga disediakan Madu Hutan asli Bulukumba.
Bahkan tidak sedikit pihak instansi maupun perorangan yang datang untuk membeli koloni lebah Trigona untuk dipelihara di daerahnya.
Meskipun Lebah Madu Trigona ini mudah untuk dibudidayakan, namun kandungan propolisnya yang lebih banyak dibandingkan dengan madu lain, membuat harganya terbilang lebih mahal, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai jenis usaha yang menjanjikan.(UM/Khairil Anas)