6 Langkah Meniti Jalan Hijrah dan Tiga Kelompok Besar Alumni Madrasah Ramadhan

USAHAMUSLIM.ID,MAKASSAR – Kita telah berada di penghujung bulan Ramadhan 1442 Hijriyah. Detik demi detik tengah mengantarkan kita perlahan-lahan namun pasti menuju garis finish dari bulan yang mulia ini.
Saat Ramadhan berakhir, maka muncullah tiga kelompok besar golongan manusia. Ibarat bulan Ramadhan ini sebagai Madrasah, tempat pembelajaran umat, maka ketiga golongan manusia itu adalah alumni dari madrasah yang bernama bulan Ramadhan itu.
Dalam menyampaikan ceramah Tarwih di Masjid Nurul Ansar, Laikang Sudiang, Makassar, pada malam Ke-25 Ramadhan, Ustadz Andy Rafi Abu Fadel Hafizhahullah menyebutkan, bulan Ramadhan membagi manusia ke dalam tiga golongan, yakni :
Golongan I adalah mereka yang senantiasa berada dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala sepanjang masa. Bila tiba Ramadhan mereka bertambah lebih baik, lebih rajin dan bersungguh-sungguh untuk menambah amal ibadah dan apabila Ramadhan berlalu, hati mereka sedih karena amalan yang dilakukan tidak menjadikan mereka puas dan yakin akan terselamatkan dari azab Allah Subhanahu wa ta’ala, sebab tidak ada yang mampu menjamin dia bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan di tahun depan.
Golongan II, yakni mereka yang ketika Ramadhan datang, mereka kelihatan begitu rajin dan bersungguh-sungguh melakukan amal ibadah, menjaga sholat, puasa, sedekah, tilawah, berakhlak mulia dan lain-lain amalan. Namun setelah Ramadhan berlalu, mereka kembali kepada cara hidup dan tabiat mereka yang lama. Masjid tidak lagi dikunjungi, al-Quran tersimpan di dalam almari lagi, aurat terbuka kembali, mereka seolah-olah telah membongkar kembali tenunan yang telah mereka rajut dengan tangan mereka sendiri di bulan Ramadhan.
Seorang ulama bernama Basyar al-Hafi berkata, “Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenali Allah kecuali hanya pada bulan Ramadhan“.
Golongan III, adalah mereka yang tidak memperdulikan bulan Ramadhan datang atau tidak. Keadaan mereka tetap sama saja, mereka tetap tenggelam dalam lembah dosa dan maksiat, malas beribadah karena terlena dengan dunia, mereka adalah golongan orang-orang yang merugi.
“Hadirin, Rahimani wa Rahimakumullah, Kita semua tentu berharap bulan Ramadhan yang merupakan bulan tarbiyah ini, bulan yang melahirkan tiga kelompok manusia dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda ini, menjadikan kita termasuk dalam golongan yang pertama, adalah manusia yang bertaqwa, sebagaimana tujuan dari Ramadhan, yakni ‘La Allakum Tattaqun’. Adapun golongan kedua dan ketiga, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberi taufiqNya agar kita dijauhkan darinya, amin,”
Andy Rafi yang juga pengajar di SMK Mutiara Ilmu Makassar itu lebih jauh menjelaskan, ada 6 aspek yang dapat kita jadikan sebagai penilaian seseorang dapat dikategorikan sebagai alumni terbaik dari bulan Ramadhan, yakni aspek yang dia sederhanakan dalam sebuah kata HIJRAH, yang isinya meliputi; Hidayah, Istiqomah, Jiddan, Roja, Akhlakul Karimah dan Husnuzhan
“Hadirin, Rahimani wa Rahimakumullah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya ‘Barang siapa yang Allah Ta’ala kehendaki kebaikan maka Allah akan memahamkannya di dalam ilmu agama yang kokoh dan istiqomah, maka hal penting yang harus dimiliki seorang alumni Ramadhan adalah kokoh dalam menjalankan amalan dan ibadah yang dikerjakan dalam bulan Ramadhan. Aktifitas Ibadah di Bulan Ramadhan dipertahankan dan dilanjutkan di luar bulan Ramadhan, agar iman semakin kokoh” jelasnya.
Adapun 6 langkah istiqamah dalam menjalani hijrah yang dimaksudkannya adalah sebagai berikut :
1. Hidayah
Hidayah ini merupakan jawaban dari doa kita dalam setiap kali kita sholat, Ihdinassirotal mustaqim, Hingga kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan, di saat pintu pintu hidayah Allah berikan.
Pintu Hidayah ini tergambar melalui semangat kita dalam melaksanakan sholat tepat waktu, berjamaah di masjid bahkan ditambah dengan sholat sunnah, kita bisa puasa yaumil bidh, atau puasa syawal, Puasa Senin-Kamis, bahkan puasa Daud, kita bisa rutin membaca Al-Quran dan shalat malam, kita duduk di Majelis Ilmu, kita bisa sedekah, kita bisa meredam emosi, kita bisa menahan diri dari hal-hal yang diharamkan, dan hebatnya kita juga tetap bisa beraktifitas seperti bulan lainnya, ini adalah gambaran seseorang telah memperoleh hidayah. Sebab hanya orang-orang yang diberikan hidayah yang mampu melakukan semua itu.
Menurut Andy Rafi, ada 4 Jenis reaksi manusia ketika didatangi hidayah, ada yang menolak, ada yang sekedar lewat, ada yang sulit dan berat menerimanya serta ada yang begitu mudah meraihnya.
“Itu semua tergantung bagaimana cara kita membuka hati , sebab Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya “Barang siapa yang Allah Ta’ala kehendaki kebaikan maka Allah akan memahami dia di dalam ilmu agama”
2. Istiqamah
Setelah menjemput Hidayah, kita harus mulai istiqomah dan memperkokoh mental dalam mengupayakan diri untuk mulai berpenampilan lebih syari dan bergaul dengan teman-teman yang dinilai mampu mengantarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sudah barang tentu akan ada ujian-ujian yang akan dihadapi, maka diri dan mental memang harus istiqamah, agar selalu bersiap menghadapi ujian itu, sehingga kita kian kuat dan siap untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi, lebih baik lagi.
Rasulullah bersabda : “ Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan Allah akan menimpakan kepadanya musibah berupa ujian.” (HR Bukhari)
3. Mujahadah
Bersungguh-sungguh dalam bertobat dan memperbaiki diri, bersungguh-sungguh belajar ilmu agama yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah, dari da’i da’i yang mengajak kepada Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya, bukan mengajak kepada kelompok, ajakan fanatik golongan, organisasi apalagi kepada da’i tertentu, karena saat ini banyak orang lebih kagum kepada da’i, menganggap pendapat ulamanya lebih tinggi daripada Firman Allah dan Sabda Rasulullah. Naudzubillah min dzalik. Dalam menerima ilmu agama ini, kita harus teliti bertanya tentang dalil dari setiap ibadah yang dilaksanakan, jangan seperti orang yahudi yang mengetahui ilmunya tapi tidak mengamalkan, atau orang Nasrani yang beramal saja tanpa mengetahui sumber ilmu yang jelas.
4. Roja’
Roja’ adalah Pengharapan, yang semata mata hanya berharap kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Roja’ selalu disandingkan dengan Khouf, atau perasaan takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ketika hati kita hanya mengharap dan takut kepada Allah, maka ketika itulah hati dan anggota tubuh kita bisa meminta kepada Allah, tanpa melalui perantaraan perantaraan yang bisa mengantarkan kita kepada kesyirikan.
Ketika itu, harapan kita penuh tercurah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firman Allah yang berbunyi “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS al-Mukmin (40) : 60).
Dalam ayat yang lain; Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-A’raf [7]: 56).
5. Akhlak
Yusuf bin Asbath Rahimahullah, berkata ada 10 tanda seseorang memiliki akhlak mulia, yakni : Jarang berselisih, baik dan bersikap adil, meninggalkan tindakan mencari-cari kesalahan orang lain, berusaha memperbaiki keburukan-keburukan yang tampak, mencarikan uzur bagi orang yang salah, bersabar menghadapi gangguan orang lain yang menyakitkan. introspeksi dengan mencela diri sendiri yang juga penuh kekurangan, hanya sibuk mengurus aib-aib sendiri tanpa mengurusi aib orang lain. wajah yang ceria, dan lembut perkataannya.
6. Husnuzhan
Aspek yang kelima adalah berpikir positif, husnuzhan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ketaatan, kenikmatan, menghadapi ujian dan melihat ciptaan Allah azza wa jalla.
Juga husnuzhan terhadap diri sendiri, menerima apa adanya dan tidak menyesali keadaan dan keberadaannya. Adanya berbagai cobaan misalnya, miskin, cacat, sakit, dan sebagainya itu dia sikapi dengan tetap bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
husnuzhon kepada sesama manusia dengan selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia, yang tergambar melalui sikap, ucapan, dan perbuatan.
Kesemuanya itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai hasil tempaan dan latihan di dalam bulan tarbiyah, Ramadhan yang mulia.
“ Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah....! Hijrah ini harus dimulai dari niat yang kuat untuk berubah karena Allah, bukan tentang menyempurnakan diri, tapi tentang memperbaiki diri, bukan tentang lebih baik dari orang lain, tapi lebih baik dari diri kita yang dulu, bukan sekedar penampilan, tapi juga hati. Sebagaimana hadist Rasulullah, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)”
Demikian Andy Rafi menutup ceramahnya, seraya mengutip sebuah ayat yang menegaskan, bahwa Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat. Ar-Ra’d ayat 11.(UM)