Inspirasi BisnisPeluang Usaha

Pasangan Dokter Hewan di Bogor ini Sepakat untuk tidak Mengobati Hewan, tetapi Memutuskan untuk Menggoreng Hewan

USAHAMUSLIM.ID, BOGOR – Belajar dari kegagalan adalah merupakan hal terpenting dalam menjalankan sebuah usaha. Termasuk dalam merintis dan menjalankan bisnis kuliner, pasti akan mengalami banyak kendala dan kegagalan demi kegagalan. Maka untuk menyikapi kegagalan dalam merinits dan menjalankan bisnis kuliner ini, ada banyak hal yang memang perlu diperhatikan.

Mulai dari bagaimana mengikuti tren, bagaimana menyikapi persaingan, bagaimana menjalankan operasional, bagaimana berpromosi, bagaimana mempertahankan cita rasa, bagaimana menciptakan sebuah brand, itu semua adalah hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan, untuk menjadikan sebuah usaha kuliner dapat berkembang dengan baik.

Kisah franchise fried chicken D’Besto & Lazzato di kota Bogor ini, mungkin bisa jadi contoh dan pelajaran bagi Anda yang tertarik memulai bisnis makanan.

D’Besto adalah brand franchise yang dirintis oleh sepasang suami-isteri, yang keduanya sama-sama alumni Fakultas Kedokteran Hewan IPB (Institut Pertanian Bogor) yang memutuskan untuk tidak mengobati hewan, tetapi justru keduanya sepakat untuk menggoreng hewan.

Kisahnya berawal ketika di tahun 1994, mereka merintis usaha makanan cepat saji dengan ayam goreng tepung sebagai produk jualannya.

Pasangan Setyadjid-Evalinda pertama kali membuka usaha ayam goreng pada tahun 1994, dengan konsep dagang ala kaki lima, dengan nama “KuFC” atau Kentuku Fried Chicken. Sebenarnya waktu itu respon masyarakat cukup positif.

Sayangnya, usaha kuliner mereka harus gulung tikar pada tahun 1998 karena bangkrut. Tingginya inflasi dan krisis moneter pada masa itu membuat warung kaki lima ini tidak bisa beroperasi.
Lengsernya Presiden Soeharto ketika itu, juga berdampak besar dalam kebangkrutan sejumlah usaha rakyat, termasuk usaha yang dirintis oleh dua sejoli ini. Situasi yang tidak menentu, dengan banyaknya kerusuhan di mana-mana, menjadikan keadaan yang tidak kondusif untuk berdagang.

Setelah KuFC gulung tikar, pasangan suami istri ini tidak serta merta bisa segera bangkit. Sambil menunggu situasi kembali aman dan normal, mereka harus bersabar menjalani beberapa tahun memenuhi kebutuhan dengan berjualan kue di pasar dan di terminal, serta pusat-pusat keramaian di kota Bogor.

Hingga pada 2009 Setyajid bertemu dengan seorang kawannya, yang pernah menjadi manager training waralaba asing. Saat itulah Setyadjid dibantu oleh sang kawan, kembali perlahan-lahan bangkit dan membuka bisnis ayam gorengnya dengan brand D’Besto, dengan model franchise.

“Alhamdulillah, mulai saat itu D’Besto berkembang dan akhirnya bisa memiliki ratusan outlet,” kata pengusaha yang bernaung di bawah bendera perusahan PT Setyanda Duta Makmur dengan menunjuk isterinya, Evalinda sebagai komisaris utama di perusahaan tersebut.

Restoran ayam goreng D’Besto & Lazzato, tidak hanya higienis dan bersih, tetapi juga mengutamakan kehalalan produk, bahan – bahan yang digunakan untuk makanannya selalu diawasi ketat. Baik dari kualitas, kesegaran, dan nilai gizinya. Bahan terbaik menghasilkan masakan terbaik, inilah filosofi yang terkandung dari nama restoran tersebut.

Dalam membawakan materi sharing bisnis bersama KPMI Bogor, owner D’Besto & Lazatto, Setyadjid juga menceritakan mengapa dirinya memilih bisnis resto ayam goreng yang jauh dari basic kelimuannya itu, karena menurutnya bisnis resto termasuk bisnis yang memiliki casflow yang sangat bagus.

“Dahulu ketika kami menjalankan usaha ternak dan pemotongan ayam, terkadang orang memesan ayam, namun akadnya hutang dulu, belakangan baru dibayar, padahal kita butuh perputaran uang yang lancar untuk menjalankan usaha. Itulah alasan mengapa kemudian kami memilih bisnis ayam goreng ini. Bisnis ini termasuk usaha yang minim resiko. Pembelinya langsung pesan dan bayar tunai,”katanya.

D’Besto Fried Chicken & Lazzato Chicken Burger, saat ini telah memiliki 300 outlet yang tersebar di sejumlah kota, seperti Medan, Padang , Pekanbaru, Subang , Tasikmalaya, dengan karyawan mencapi 2.000 orang.

Harga makanan yang ada di restoran ini berkisar antara Rp 9.000 sampai Rp 14.000. Adapun paket menu rata – rata dihargai Rp15.000, dengan paket yang bervariasi, tergantung potongan ayam yang dibeli.
Untuk minuman, harganya berkisar di antara Rp 3.000 sampai Rp 7.000. Ada juga ice cream dengan harga yang ekonomis, hanya Rp 4 ribu saja.

Menurut Setyadjid, harga makanan yang ada di tiap franchise miliknya, secara umum sama. Hanya terkadang ada beberapa paket yang memiliki harga lebih tinggi, menyesuaikan keadaan pasar sekitarnya.(UM)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button