Berita

Makin Banyak Masyarakat Pembudidaya Kelor, Makin Sehat dan Sejahtera Indonesia

USAHAMUSLIM.ID,MAROS – Kabupaten Maros memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari wilayah datar sampai bergunung-gunung. Hampir seluruh wilayah kecamatan di Butta Salewangang itu berada di daerah dataran seluas 70.822 ha atau 43% dari luas wilayah Kabupaten Maros. Sedangkan daerah bergunung seluas 49.869 ha atau 30,8 %, dan sisanya sebesar 26,2% merupakan wilayah pantai.

Jenis air permukaan berasal dari sungai-sungai yang berjumlah 12 sungai, yaitu sungai Maros, Parang Pakku, Marusu, Puse, Borongkaluku, Batu Pute, Matturunge, Marana, Campaya, Pattumanagasae, Bontotenga dan Tanralili.

Curah hujan di kabupaten Maros yang cukup intens, menjadikan kondisi pertaniannya sangat subur. Dalam setahun, curah hujan tertinggi terjadi di bulan Pebruari, sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan Juni dan Agustus.

Rata-rata suhu udara di Kabupaten Maros berkisar antara 210-240C. Suhu terendah di Maros biasanya terjadi di bulan Mei (210C). Kondisi suhu tersebut di Indonesia termasuk rendah, mengingat suhu di kota lain di Indonesia dapat mencapai 300C, terutama kota-kota yang terletak di dekat pantai.

Dengan keadaan wilayah yang demikian baik, menjadikan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Ibukota Sulawesi Selatan, yakni sebelah timur Makassar ini merupakan wilayah yang subur dan cocok untuk segala jenis tanaman, termasuk tanaman kelor. Dan hal itulah yang menjadikan Komunitas Kelor Sulawesi Selatan memilih daerah ini sebagai sentra pengembangan tanaman kelor.

Dihubungi usahamuslim.id, Keloris Sulsel, Kamaruddin membenarkan, pihaknya saat ini tengah membuka sebuah lahan di dusun Carangki, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros.

“Iya betul, lahan seluas 2 hektar itu akan kami jadikan sebagai ‘demplot’ atau percontohan yang dialokasikan oleh Dinas Pertanian Maros” kata Kamaruddin membenarkan.

Aspek geologi kabupaten Maros dinilai sebagai aspek yang mempunyai potensi sumber daya tanah yang bagus dan cocok untuk lahan pengembangan tanaman kelor sebagai kebun percontohan bagi daerah lain di Sulawesi Selatan. Keloris Sulsel bertekad akan mengembangkan penanaman kelor ini di seluruh daerah di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil identifikasi yang pernah dilakukan di Kabupaten Maros terdapat lima jenis tanah yang tersebar dibeberapa daerah seperti jenis tanah aluvial, litosol, mediteran dan podsolik. Di lahan kebun yang sedang digarap di kecamatan Moncongloe saat ini, termasuk jenis tanah aluvial dengan warna kelabu, coklat atau hitam.

Jenis tanah ini tidak peka terhadap erosi karena terbentuk dari endapan sungai dan sangat cocok untuk dijadikan tanah pertanian, perkebunan. Luas persebaran tanah jenis ini di kabupaten Maros mencapai 8.729 ha atau 5% dari seluruh jenis tanah yang ada di daerah tersebut.

Lebih lanjut ketua Keloris SulSel yang merupakan alumni Pusat Pelatihan Kelor Organik Blora Ngawenombo Jawa Tengah itu mengatakan, daun kelor yang dihasilkan dari tanaman kelor itu nantinya akan dijadikan sebagai komoditas ekspor.

“Produk kelor ini sangat bagus dibudidayakan, dan sudah ada pembeli yang siap menampung tanpa batas jumlah, yang penting memenuhi standar yang ditetapkan.” Katanya.

Dalam pekan ini, pihaknya akan melakukan pertemuan dengan Bupati Maros, guna mendiskusikan mengenai program penanaman kelor berskala besar tersebut.

Komunitas Kelor Sulawesi Selatan tidak memasang terget yang muluk-muluk dari program tersebut. Untuk sementara sebagai tahap awal dari program yang dicanangkan adalah memproduksi daun kelor kering.

“Apabila petani penggarap bersedia mengikuti arahan standar pengolahan daun kelornya, insya Allah jaminan pasar ekspor telah menanti, kami sudah terhubung dengan pengusaha yang siap membeli dalam jumlah besar dengan harga yang tinggi dan stabil,” ujarnya.

Makin banyak masyarakat yang menanam dan membudidayakan tanaman kelor ini, maka masyarakat Indonesia akan makin sehat, dan tentunya juga akan makin sejahtera.

Hal itu didukung oleh hasil riset yang menyebutkan, kandungan nutrisi yang terkandung dalam daun kelor melebihi nutrisi pada superfood lainnya, diantaranya;
– Lebih tinggi Vitamin-C nya daripada Jeruk,
– Lebih tinggi kandungan potassium daripada pisang,
– Lebih tinggi kandungan zat besi daripada bayam,
– Lebih tinggi kalsium daripada susu

Kelor juga mengandung asam amino lengkap dan antioksidan tinggi untuk mempercepat proses regenerasi sel tubuh yang rusak.
Jika semua masyarakat Indonesia tahu informasi ini, seharusnya kasus gizi buruk dan stunting tidak perlu terjadi di Indonesia.

Lebih jauh Kamaruddin mengatakan, semua pihak yang ikutan dalam rantai supply pengolahan kelor ini, nantinya akan didampingi dari awal, sampai bisa produksi sendiri. (UM)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button