Artikel

Kekayaan Alam Yang Dianaktirikan

Penulis: Vera Elvira Yusuf (Owner Opi Cookies)

Gandum sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat indonesia yang terus meningkat penggunaannya. Padahal Gandum hanya dapat tumbuh subur di kawasan subtropis, sementara Indonesia beriklim tropis. Tak ada pilihan lain dari pemerintah selain mengimpor gandum dari luar.

Kementan mencatat bahwa impor gandum mencapai 8 juta ton dengan nilai 2,1 miliar dolar AS pada januari-september 2020.

Mungkin salah satu solusi mengurangi
impor gandum yang harganya berfluktuatif adalah dengan melakukan diversifikasi pangan.

Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis umbi-umbian yang bisa dijadikan tepung lokal seperti singkong, ubi jalar, talas, ganyong, gembili, garut dan porang. Semua itu adalah sumberdaya alam yang bisa dijadikan pangan fungsional, karena memiliki kandungan prebiotik untuk meningkatkan saluran cerna dan sistem imun.

Namun membutuhkan banyak riset dan pengembangan untuk mewujudkan tepung dengan karakteristik dan fungsi yang mirip dengan terigu dan cocok digunakan sebagai pengganti tepung terigu terutama untuk produk-produk yang tidak memerlukan peranan “gluten”.

Berdasarkan penelitian, beberapa jenis tepung lokal memiliki nilai gizi yang tinggi. Misalnya tepung MOCAF atau Modified Cassava Flour, yaitu tepung ubi kayu yang difermentasi hingga menghasilkan sifat yang berbeda dengan tepung ubi kayu biasa terutama dalam hal tingkat viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kelarutan.

Contoh tepung lokal lainnya adalah tepung Ganyong, tepung ubi jalar dan sagu. Ada juga tepung garut yang telah diteliti memiliki Indeks Glemiks yang rendah hingga baik untuk orang yang sedang diet dan penderita diabetes.

Salah satu jenis umbi-umbian yang potensial dikembangkan sebagai tepung lokal adalah Porang. Namun masih belum jadi pilihan umum sumber pangan di Indonesia, padahal jadi makanan favorit di Jepang seperti mie dan beras shirataki. Porang sumber karbohidrat tetapi juga mengandung sianida tinggi yang berbahaya hingga harus diolah dengan benar. Porang juga kaya kalsium hingga bagus untuk makanan bayi. Kandungan kalsiumnya dapat mempercepat pertumbuhan gigi, menghaluskan kulit, dan menumbuhkan rambut.  Bahkan, sudah ada juga yang jadikan bentuk beras analog. Selain itu juga untuk bahan baku tepung sebagai zat aditif makanan, sebagai emulsifier dan bahan pengental dalam pembuatan jelly.

Selain itu, ada juga umbi Ganyong yang memiliki potensi menjadi bahan baku produk roti karena memiliki viskositas yang tinggi, gel yang kuat dan tinggi kandungan fosfornya. Tepung ganyong bisa 100% menggantikan tepung terigu pada pembuatan cookies.

Mengapa “FREE GLUTEN” lebih sehat…..?
Gluten adalah salah satu jenis protein yng terdapat dalam gandum yang merupakan campuran dua macam protein, yakni glutenin dan gliadin. Gliadin merupakan fraksi yang dapat menimbulkan penyakit “Celiac” yaitu gangguan penyerapan makanan dan perubahan struktural pada mukosa usus halus.
Selain itu, berdasarkan penelitian dengan meniadakan makanan yang mengandung gluten bagi anak penderita “Autisme”, akan memberikan dampak positif.

Tapi, sungguh sangat disayangkan, pemerintah dan masyarakat kita masih menomorduakan umbi-umbian dengan berbagai alasan. Mungkin juga karena harganya akan menjadi lebih mahal tiga kali lipat dari harga terigu. Padahal pemerintah bisa bergandengan tangan dengan petani, para peneliti dari kalangan akademisi dan pengusaha. Mengedukasi para petani akan keunggulan umbi-umbian serta memberikan insentif berupa kebijakan pemberian subsidi kepada petani yang menanam tanaman pangan lokal.

Beberapa kali saya telah bekerjasama dengan dinas Ketahanan Pangan baik propvinsi maupun daerah dengan wacana yang sangat bagus namun selalu saja mandeg tanpa ada follow up.

Sumber:
-Ilmu Gizi dan Diet oleh Mary E. Beck
-Autisme dan Pola Makan oleh Rosemary Kessick -http://agribisnis.deptan.go.id,
-Umbi-umbian Bisa Jadi Alternatif Tepung Gandum Viva.co.id

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button