Berita

Ekosistem Pertanian Berteknologi Pesantren. Apa itu?

USAHAMUSLIM.ID,JAKARTA – Dunia pesantren yang kita kenal selama ini, adalah tempat orang-orang menimba ilmu agama, tempat anak anak negeri untuk nyantri, belajar ngaji dan memperdalam aqidah keislaman dan segala hal yang berbau agama.

Tetapi ternyata anggapan itu salah. Pesantran tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, akan tetapi pesantren selama ini mengimplementasikan keterampilan bagi para santrinya, termasuk masalah pertanian, peternakan, dan perikanan, dan sudah saatnya pesantren menyebarkan ilmu itu keluar, bukan hanya dalam lingkungan pondok pesantren saja.

Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) siap menjadi wadah untuk memperantarai implementasi teknologi pertanian berbasis pesantren ini kepada masyarakat. Hal itu terlihat dengan dilaksanakannya pencanangan pengembangan ekosistem pertanian berteknologi pesantren-pesantren yang merupakan binaan DEKS BI ( Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia), merupakan program kerjasama antara KPMI dengan Bank Indonesia.

Pencanangan program pengembangan pertanian berteknologi pensantren ini menjadi salah satu objek pameran, pada penyelenggaraan Muslim Life Fest 2022, yang hari ini memasuki hari kedua, yang bertempat di Indonesia Convention Exhibition BSD (ICE BSD), Jakarta-Indonesia.

Ketua KPMI, Rahmat Sutarnas Marpaung menjelaskan, melalui program yang juga didukung oleh Lembaga Pengabdian pada Masyarakat IPB University (Institut Pertanian Bogor-IPB) ini, pihaknya berkeinginan untuk memberikan pembinaan dan pendampingan kepada 10 pesantren di Jawa Barat untuk menaman tanaman hortikultura, yakni cabai dengan menggunakan teknologi smart-farming, sebuah teknologi yang banyak diterapkan di lingkungan pondok pesantren.

Dalam program itu, cabai diproduksi dengan teknologi smart-farming di dalam 10 greenhouse seluas total 10.000 m2. Dari lahan seluas itu, produksi cabe yang dihasilkan bisa mencapai 40 ton dalam satu bulan.

Kepala DEKS-BI, Arief Hartawan mengatakan, dengan mengembangkan pertanian teknologi ini, pesantren-pesantren tersebut dapat berproduksi sepanjang tahun, tidak tergantung kepada cuaca, sehingga suplai hasil produksi pesantren ini akan mendukung permintaan pasar sepanjang tahun, terutama untuk kebutuhan domestik.

Sementara untuk permintaan pasar ekspor, saat ini produk dari pesantren-pesantren binaan DEKS-BI ini telah berhasil lolos QC untuk masuk ke pasar-pasar internasional seperti ke pasar Jepang dengan tingkat residu pestisida yang sangat rendah hanya 0,01 ppm (parts per million).

“Jepang itu terkenal sebagai negara paling ketat di dunia untuk produk-produk makanan dan produk hasil pertanian. Alhamdulillah produk hortikultura dari pesantren ini bisa masuk ke pasar Jepang sehingga dari sisi kualitas produk yang telah teruji di pasar Jepang, insyaAllah akan memudahkan untuk membuka pintu pasar global lainnya. Kami optimis bahwa inovasi program ini dapat direplikasi ke pesantren-pesantren lainnya di seluruh Indonesia.” harapnya.

Pengembangan teknologi pertanian berbasis pesantren ini diyakini akan mampu menjadi lokomotif untuk pemulihan ekonomi sekaligus sebagai sumber daya ekonomi potensial untuk mendukung ketahanan pangan nasional, serta dapat membuka jalur perdagangan secara global.

Informasi yang dihimpun usahamuslim.id menyebutkan hampir semua pesantren di Jawa Barat telah mengaplikasikan teknologi pertanian di lingkungan pesantren. Didukung oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran Kementrian Pertanian yang memberikan dukungan berupa penyediaan benih-benih unggul sayuran serta penyuluhan mengenai teknik budidayanya.

Kita berharap melalui pagelaran Muslim Lifestyle 2022 yang salah satu objek pamerannya yakni, pengembangan pertanian berteknologi pesantren ini bisa semakin menggugah pesantren lain di Indonesia untuk melakukan program yang sama.(UM)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button