Berita

Transportasi Pedesaan Meredup, Travel Gelap Jadi Pilihan Utama

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyoroti semakin punahnya angkutan pedesaan yang dahulu menjadi penghubung utama antara desa dan Terminal Tipe A. Kini, masyarakat mulai beralih ke ojek pangkalan yang sering kali memiliki tarif tidak terkendali dan cenderung mahal.

Sebagai alternatif, travel gelap berbasis kendaraan pribadi berpelat hitam semakin diminati. Menurut Djoko, layanan ini menawarkan fleksibilitas dan kemudahan karena mengusung sistem door to door, sehingga penumpang dapat mencapai tujuan tanpa harus berganti kendaraan. Hal ini menjadi solusi bagi masyarakat di daerah dengan akses transportasi umum yang terbatas.

Asal Penumpang dan Jadwal Keberangkatan

Investigasi menunjukkan bahwa penumpang travel gelap umumnya berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Kabupaten Brebes, Banyumas, Grobogan, Tegal, Wonosobo, Batang, Pekalongan, Pemalang, dan Banjarnegara. Sementara dari Jawa Barat, penumpang banyak berasal dari Kabupaten Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Kuningan, Cirebon, Majalaya, Sumedang, dan Subang.

Keberangkatan travel gelap biasanya terjadi pada hari Jumat dan Minggu, dengan jadwal perjalanan antara pukul 16.00 hingga 19.00 WIB. Penumpang dijemput sesuai titik lokasi yang telah dibagikan kepada agen.

Fleksibilitas Pembayaran dan Kenyamanan Perjalanan

Salah satu keunggulan travel gelap adalah fleksibilitas dalam sistem pembayaran. Penumpang bisa membayar di awal atau setelah tiba di tujuan. Bahkan, bagi rombongan berjumlah 6-7 orang, terdapat promo khusus di mana satu orang bisa mendapatkan tiket gratis.

Selama perjalanan, kendaraan akan berhenti di titik transit tertentu untuk beristirahat. Lokasi ini menjadi tempat pertemuan bagi kendaraan dari berbagai daerah sebelum melanjutkan perjalanan. Waktu istirahat berlangsung antara pukul 20.00 hingga 00.00 dengan durasi sekitar 45 menit hingga satu jam.

Dampak bagi Angkutan Umum Resmi

Meski menawarkan kenyamanan bagi masyarakat, maraknya travel gelap menjadi ancaman bagi pengusaha angkutan umum resmi. Angkutan resmi harus menaati berbagai regulasi, sementara travel gelap beroperasi tanpa izin dan tanpa pengawasan ketat.

“Maraknya bisnis travel gelap membuat pengusaha angkutan umum resah. Mereka harus mengikuti regulasi ketat, sedangkan travel gelap bebas beroperasi,” kata Djoko. Dikutip dari liputan6.com

Djoko memperkirakan, ratusan kendaraan travel gelap masuk ke wilayah Jabodetabek setiap harinya. Ia juga mengkritisi ketidaktegasan pemerintah dalam menindak praktik ilegal ini. Jika dibiarkan, keberadaan travel gelap bisa semakin menggerus transportasi umum yang telah beroperasi resmi.

“Pemerintah perlu bertindak tegas agar layanan transportasi berjalan adil dan aman bagi seluruh pihak,” pungkasnya.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button