Program Vaksin tidak Berfungsi Efektif sebagai Herd Immunity untuk Menghambat Laju Penyebaran Covid-19 di Indonesia
USAHAMUSLIM.ID, SURABAYA – Di tengah mewabahnya infeksi virus Corona (COVID-19), muncul istilah herd immunity yang konon dapat membantu menekan penyebaran virus ini. Tidak hanya di Indonesia, infeksi virus Corona juga terjadi di hampir semua negara. Setiap negara melakukan berbagai upaya untuk menekan laju penularan virus Corona yang begitu cepat, mulai dari lockdown hingga rapid test secara massal, dan di Indonesia muncul pula istilah herd immunity.
Lalu apa yang dimaksud herd immunity dan apakah benar herd immunity ini efektif untuk mencegah penularan Covid-19?
Para peneliti hingga saat ini masih terus berusaha mengembangkan vaksin untuk virus Corona. Sekaitan belum adanya vaksin yang dianggap mampu memberi kekebalan atas populasi manusia dan menghambat laju penyebaran virus ini, sehingga pembentukan herd immunity melalui program vaksinasi belum bisa dilakukan.
Untuk diketahui, Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena orang yang dapat terinfeksi makin sedikit.
Beberapa kepala daerah di Indonesia telah menyatakan berhasil melakukan herd immunity di wilayahnya, lantaran telah melakukan vaksinasi dosis pertama mencapai 70 persen. Hal itu sebagaimana dikutip dari gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat meninjau vaksinasi di Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jumat (6/8/2021) mengatakan dua wilayah kabupaten di daerahnya, yakni kota Mojokerto dan kota Surabaya sudah masuk herd immunity, pasalnya di kedua kota itu, vaksinasi tahap pertama telah tercapai 70 persen.
Menanggapi hal itu, Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Chairul Anwar Nidom menjelaskan bahwa capaian vaksinasi 70 persen di sebuah wilayah bukanlah herd immunity tapi hanya herd vaccination.
“Ya syukurlah kalau vasinasi telah 70 persen, itu artinya telah tercapai herd vaccination, tetapi itu bukan herd immunity. Karena capaian vaksinasi 70 persen tersebut bukan ukuran herd immunity . Sebuah kondisi disebut herd immunity apabila 70 persen penduduk telah memiliki antibodi yang protektif,” tegasnya sebagaimana dikutip Minggu (8/8/2021).
Ketua Tim Riset Corona & Formula Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF) itu pun mempertanyakan atas dasar apa Kota Mojokerto dan Surabaya atau bahkan Jatim dinyatakan sebagai herd immunity. Sementara efikasi vaksin yang digunakan juga belum diketahui berapa banyak. Lagi pula, untuk menyebut herd immunity seharusnya tidak berdasarkan wilayah, tapi berdasarkan jumlah penduduk, sebab virus tidak mengenal batas wilayah politik.
“Kalau 60 persen efikasi, artinya kalau yang disuntik 100 orang maka yang punya antibodi hanya 60 orang. Kalau dihitung lagi berdasarkan faktor-faktor genetik, maka efikasi jauh lebih rendah lagi. Oleh karena itu, kalau ingin mengatakan herd immunity, maka yang diukur antibodi protektif, bukan hanya berdasarkan jumlah suntikan, karena bukan herd immunity tetapi herd vaccination. Batas wilayah bukan untuk mengukur prosentase dan tercapainya herd immunity, tetapi batas wilayah hanya untuk meringankan beban kerja pemerintah, dengan membagi-bagi tugas berdasarkan wilayah dan daerahnya masing-masing.” terang Prof Nidom. (UM/Daeng)