OASA Bangun Fasilitas PSEL Cipeucang Rp2,6 Triliun, Mulai Konstruksi 2026

Jakarta – PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) akan membangun fasilitas Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di Cipeucang, Tangerang Selatan, Banten. Proyek senilai Rp2,6 triliun ini akan digarap melalui konsorsium anak usahanya, PT Indoplas Energi Hijau, bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok, China Tianying Inc (CNTY).
Presiden Direktur OASA, Bobby Gafur Umar, menyampaikan bahwa groundbreaking ditargetkan dapat dilakukan pada tahun ini, sementara konstruksi dimulai awal 2026 dan ditargetkan rampung serta beroperasi pada 2028.
“Kami berharap groundbreaking bisa terlaksana tahun ini. Ini adalah bentuk komitmen daerah dalam menata ulang sistem pengelolaan sampah di Tangsel,” ujar Bobby dalam konferensi pers di kawasan SCBD, Jakarta, Jumat (11/4). Dikutip dari detik.com
PSEL Cipeucang dirancang mampu mengolah sedikitnya 1.100 ton sampah per hari dengan teknologi Moving Grate Incinerator (MGI), yang mengklaim mampu mengolah hingga 90% volume sampah. Teknologi ini telah diterapkan di negara-negara maju dan memenuhi standar internasional untuk energi ramah lingkungan—bebas asap dan bau menyengat.
Bobby juga menekankan urgensi pembangunan fasilitas ini karena TPA Cipeucang yang ada saat ini telah penuh dan tak lagi mampu menampung sampah baru. TPA yang berlokasi di Serpong itu menjadi satu-satunya titik pengolahan akhir sampah untuk seluruh wilayah Tangerang Selatan.
“Fasilitas ini sangat dibutuhkan. Volume sampah terus meningkat dan TPA saat ini sudah kelebihan kapasitas,” katanya.
PSEL Cipeucang akan memproses 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama setiap hari. Total kapasitas energi listrik yang dihasilkan mencapai 25 megawatt (MW), di mana 5 MW akan digunakan OASA dan sisanya, sekitar 19 MW, akan dijual ke PT PLN (Persero).
Bobby menyebut pengolahan sampah lama di TPA Cipeucang menjadi bagian penting dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan. Proyek ini diharapkan dapat meringankan beban TPA dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.
“Ini bukan hanya solusi pengelolaan sampah modern, tapi juga bagian dari kontribusi terhadap penyediaan energi bersih dan berkelanjutan,” tambahnya.
Proyek ini akan dibangun dengan skema Build-Operate-Transfer (BOT) selama 27 tahun, dengan masa konstruksi selama tiga tahun. CNTY selaku mitra strategis juga menjadi pemegang lisensi teknologi pengolahan sampah yang akan diterapkan.
Tak hanya di Tangerang Selatan, OASA juga telah memenangkan proyek pengolahan sampah skala besar di Jakarta, dengan kapasitas 2.000 ton per hari. Untuk proyek ini, OASA bermitra dengan perusahaan asal Jerman dalam hal pembiayaan dan penyediaan teknologi. Nilai investasi proyek di ibu kota itu diperkirakan melebihi Rp6 triliun.