Kisah Sukses Ceres, Pabrik Coklat Tertua di Indonesia
Di jaman orde baru, anak-anak kecil paling doyan belanja coklat murah cap Jago. Dengan harga cuma 100 rupiah saja. coklat yang lezat ini sangat mudah ditemukan di toples warung-warung di perkampungan atau di kompleks perumahan. Bentuknya bermacam-macam, ada kotak dan ada yang bulat.
Tahukah kamu bahwa coklat cap Jago ini diproduksi oleh PT Perusahaan Industri Ceres yang berdiri di Bandung. Selain coklat cap Jago, merk lain yang tidak kalah terkenalnya adalah Chunky, Top, Ritz, Delfi, Biskuit Selamat, Silver Queen dan tentu saja meises Ceres.
Awal Perjalanan Chuang di Tengah Pendudukan Jepang
Sebuah bangunan tua bercat putih, berdiri kokoh di bilangan CImanuk, Garut, Jawa Barat. Catnya yang sudah usang seolah menyimpan sejarah penting dan panjang dalam industri oklat di Indonesia. Ya, bangungan ersebut merupakan pabrik cokelat pertama di Indonesia, peninggalan Belanda
Sejak dulu, pabrik buatan 1890 ini, menjadi saksi bisu bagaimana Garut saat itu, sudah menjadi pusat salah satu makanan paling diburu masyarakat di kemudian hari. Menurut Budayawan Franz Limiart, pabrik cokelat Ceres N.V di Garut didirikan secara syirkah antara keluarga Vanhotten, pengusaha asal Belanda dan Khoe Keg Goan, pengusaha Cina pribumi, yang ahli dalam mengolah makanan.
Tercatat sejak tahun 1890 an, pabrik ini mulai berproduksi, dengan target market utama dalam negeri dan beberapa negara tetangga se kawasan Asean, seperti Malaysia dan Singapura. Sejak saat itu, ceres menjadi market leader coklat di Indonesia.
Hal ini berlangsung sampai tahun 1940 an. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Ribuan orang Belanda yang lahir dan besar di sini bergegas kembali ke negara asalnya, meninggalkan kekayaan yang telah mereka kumpulkan selama ratusan tahun, Situasi perang inilah yang menjadi alasan pecahnya syirkah NV Ceres, antara pengusaha Belanda dan Cina. Mereka akhirnya menjual perusahaan ke pihak lain dengan harga murah.
Ming Chee Chuang atau lebih dikenal dengan MC Chuang, pria asal Burma adalah salah satu orang paling beruntung saat itu, Chuang melihat peluang tersebut, Dia membeli perusahaan tersebut dengan harga murah. Kesempatan ini menjadi titik awal bagi keluarga Chuang untuk menjadi produsen cokelat nomor tiga di dunia, hanya kalah dari Mars Group dan Hershey. Namun, perjalanan Chuang menuju kejayaan dalam industri cokelat adalah sebuah upaya yang penuh dengan kerja keras dan keberuntungan.
Asal Usul Chuang yang Misterius
Hingga kini, asal usul Chuang masih menjadi perdebatan. Beberapa orang menganggapnya keturunan Tionghoa, sementara yang lain yakin dia berasal dari Burma. Meski demikian, Chuang selalu menjaga privasinya dan hampir tidak pernah tampil di media. Bahkan hingga akhir hayatnya pada tahun 1990-an, tidak banyak yang diketahui tentang dirinya. Patung Chuang yang berdiri di lobi gedung kantor Ceres di Bandung menjadi satu-satunya pengingat fisik akan sosoknya yang legendaris. Para karyawan mengenangnya sebagai bos besar yang rendah hati, selalu menyapa lebih dulu saat berpapasan.
Transformasi NV Ceres Menjadi Perusahaan Industri Ceres
Setelah perang kemerdekaan, Chuang mengubah nama NV Ceres menjadi Perusahaan Industri Ceres. Pada Konferensi Asia Afrika 1955, Chuang mendapat pesanan besar untuk menyediakan cokelat dalam acara tersebut. Hal ini membuatnya memindahkan pabrik dari Garut ke Bandung. Konon, cokelat buatan Chuang sangat disukai Presiden Soekarno. Resepnya sebenarnya sederhana, hanya menggunakan kakao, gula, dan susu. Namun, Chuang memiliki keahlian khusus dalam meracik cokelat yang lezat.
Inovasi Chuang dengan Silver Queen
Chuang menunjukkan kecerdasannya saat menciptakan cokelat batangan pertama, Silver Queen, pada tahun 1950-an. Pada masa itu, menjual cokelat dalam bentuk batangan di iklim tropis Indonesia yang panas adalah tantangan besar. Namun, Chuang berhasil mengatasinya dengan mencampurkan kacang mede ke dalam adonan cokelatnya, yang membuat cokelat batangan tidak mudah meleleh. Inovasi ini membuat Silver Queen menjadi produk yang unik dan tahan lama.
Mengembangkan Pengetahuan di Belanda
Untuk meningkatkan kualitas cokelatnya, Chuang melakukan perjalanan ke Amsterdam, Belanda, dan belajar di pabrik cokelat CJ Van Houten. Dia berhasil mendapatkan hak untuk menjual merek Van Houten di Indonesia pada tahun 1986. Pengetahuan yang didapat dari Van Houten digunakan untuk memperbaiki rasa Silver Queen, yang kemudian menjadi lebih populer.
Iklan dan Kepopuleran Silver Queen
Silver Queen menjadi produk cokelat pertama yang mengiklankan diri di televisi Indonesia dengan jingle terkenal, “Santai belum lengkap tanpa Silver Queen.” Harga yang lebih terjangkau dibandingkan produk impor membuatnya digandrungi oleh remaja dan memiliki pembeli setia hingga kini. Silver Queen terus berkembang dengan berbagai varian baru sesuai tren, mulai dari cokelat putih hingga varian yang lebih inovatif.
Strategi Keluarga Chuang dalam Mengembangkan Produk
Keluarga Chuang memiliki pendekatan unik dalam menciptakan varian cokelat baru. Mereka memanfaatkan liburan ke luar negeri untuk mencari inspirasi dari berbagai makanan berbahan cokelat. Produk-produk baru kemudian dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dari bahan-bahan yang mereka bawa pulang. Ini membuat Ceres mampu meluncurkan ratusan merek makanan cokelat untuk berbagai segmen pasar.
Kepemimpinan Generasi Kedua
Setelah Chuang meninggal, pabrik Ceres diteruskan oleh anak-anaknya, John, Joseph, dan William Chuang. Mereka berhasil membawa bisnis keluarga ini ke tingkat yang lebih tinggi, dengan omzet mencapai Rp 8 triliun pada tahun 2008. John Chuang Tiong Choon, yang lahir beberapa tahun setelah ayahnya merintis Ceres, mulai membantu usaha keluarga pada tahun 1984 dengan mendirikan Petra Foods untuk menjual cokelat Ceres di pasar ekspor.
Ekspansi Bisnis dan Akuisisi Strategis
Di bawah kepemimpinan John, Joseph, dan William, Petra Foods berhasil mengakuisisi sejumlah produsen cokelat di Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Mereka juga membentuk aliansi strategis dengan konglomerasi terkemuka di Malaysia dan mendirikan usaha patungan untuk menguasai pasar Eropa. Konsistensi dalam memproduksi cokelat berkualitas tinggi membuat produk mereka terjual di lebih dari 30 negara.
Tantangan dan Transformasi Ceres
Sayangnya, setelah krisis moneter 1997, status Ceres di Indonesia diubah menjadi perusahaan penanaman modal asing (PMA), dan operasinya dipindahkan ke Singapura. Meskipun demikian, keluarga Chuang tetap mempertahankan sebagian besar kepemilikan perusahaan. Namun, masa depan Ceres menjadi tidak pasti karena generasi ketiga keluarga Chuang tidak menunjukkan minat untuk melanjutkan bisnis cokelat dan lebih tertarik pada sektor teknologi tinggi.
Kesimpulan
Kisah MC Chuang adalah contoh nyata dari bagaimana ketekunan, kecerdikan, dan sedikit keberuntungan bisa membawa seseorang dari Garut menjadi raksasa dalam industri cokelat dunia. Meski kini Ceres telah berubah, warisan Chuang tetap hidup dalam setiap gigitan cokelat yang dinikmati banyak orang di berbagai belahan dunia.