Sukses Mendirikan Usaha Budi Daya Jamur dengan Otodidak
USAHAMUSLIM.ID, MAROS – Jamur tiram, adalah salah satu jenis jamur yang banyak dibutuhkan orang, pasarnya masih sangat terbuka luas.
Permintaan banyak, namun produsen jamur jenis ini masih sangat sedikit.
Jamur tiram banyak dibutuhkan sebagai bahan makanan. Bentuknya lebar menyerupai cangkang tiram, dengan warnanya yang putih umumnya dijadikan sebagai bahan masakan, atau produk camilan seperti keripik jamur atau jamur krispi.
Selasa (22/03) siang, usahamuslim.id berkesempatan menemui Diana, pemilik sentra budidaya jamur di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Kepada usahamuslim.id, wanita yang telah lima tahun menggeluti budi daya jamur tiram ini mengaku memulai usahanya dengan belajar secara otodidak. Bermula ketika melihat kebutuhan jamur yang masih sangat luas, sementara produsen jamur masih sangat sedikit.
“Pertama saya buka usaha budi daya ini di kabupaten Gowa, lalu pindah ke kabupaten Maros ini, lima tahun lalu saya mulai dengan membeli sejumlah bahan baku, seperti serbuk gergaji halus, gilingan padi atau dedak, serta kapur bukit, dan alhamdulillah di sini semua bahan yang diperlukan sebagai sarana untuk membudidayakan jamur tiram itu cukup tersedia. Bahkan untuk membuat rangka rak dari bambu, juga tersedia dan berlimpah ruah, “kata Diana.
Untuk menjangkau lokasi budidaya jamur ini, kita harus menelusuri jalan yang dipenuhi dengan hutan bambu di kiri-kanan diselingi bentangan sawah yang luas di sepanjang ruas jalan Garuda, lalu berbelok masuk menelusuri jalan setapak menuju dusun Sampakang, desa Simbang, kecamatan Simbang, kabupaten Maros. Di sebuah lokasi yang jauh dari pemukiman penduduk itu, kita akan menemukan areal budi daya jamur tiram putih, Celebes Mushroom Farm.
Sebanyak lima orang wanita, terlihat sibuk membuat campuran media tanam di dalam salah satu gubuk ketika UM tiba. Mereka mencampur serbuk gergaji halus, dedak dan kapur yang kemudian dihaluskan lagi dengan alat pencampur. Setelah semua bahan telah bercampur rata selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah plastik dan dipadatkan, media tanam atau yang disebut “baglog” itu kemudian dikukus selama delapan jam untuk membuat bahan baku media tanam tersebut steril dan bersih.
Pemilik usaha, Diana saat menyambut kedatangan kami mengatakan, baglog yang telah dikukus itu selanjutnya dikeluarkan dan langsung diisi dengan bibit jamur tiram, dan dimasukkan ke sebuah ruangan inkubator, untuk didiamkan selama 2 minggu, sebelum penutup baglog dibuka, dan langkah selanjutkan tinggal menjaga suhu baglog pada level 26-28*C.
“Jadi harus diinkubasi selama dua minggu. Setelah itu penutup baglog nya dibuka, dan biasanya kurang dari sebulan sudah bisa dipanen. Iyye, untuk panen kurang dari satu bulan,” katanya.
Diana juga menunjukkan sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat rak-rak yang memuat 10.000 media tanam jamur tiram (baglog). Satu baglog bisa bertahan hingga lima atau enam bulan dengan empat kali pertumbuhan sebelum diganti dengan media tanam yang baru.
“Dalam sebulan kita bisa panen rata-rata 400 hingga 500 gram jamur tiram,” lanjut Diana.
Untuk memasarkan jamur tiram tersebut, ia mengaku tidak mengalami kesulitan. Selain dipasarkan ke Maros dan Makassar, ia juga memasarkannya hingga ke Tanah Toraja dan Palopo.
Dengan tersenyum sumringah ia menyatakan bahwa peluang dari bisnis budi daya jamur tiram ini masih sangat terbuka luas, dan dirinya siap membagi ilmu dengan siapa saja, sekaligus bekerjasama dalam hal budidaya maupun dalam masalah pemasaran. (UM)