Berita

Program Petani Milenial Dinilai Belum Menyelesaikan Masalah Fundamental Pertanian

USAHAMUSLIM – Jakarta, Program Petani Milenial yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mendorong anak muda berusia 19–39 tahun terjun ke sektor pertanian dinilai hanya memberikan solusi jangka pendek. Meski diharapkan mampu menambah jumlah petani muda, program ini dianggap belum menyentuh persoalan mendasar di sektor pertanian.

Menurut Eliza Mardian, pengamat dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia, insentif seperti pendapatan hingga Rp10 juta per bulan memang menarik, tetapi keberlanjutannya dipertanyakan. Program ini dinilai tidak menyelesaikan isu ketidakpastian harga, risiko tinggi, dan minimnya akses pembiayaan murah yang menjadi hambatan utama sektor pertanian. ” Tetapi jika hanya dengan program petani milenial iming-iming digaji Rp10 juta ini dampaknya tidak akan sustain, karena tidak menyentuh akar persoalan,” ungkap Eliza dikutip dari Bisnis.com

Eliza menyarankan agar pemerintah fokus pada perbaikan tata kelola pangan, termasuk memberikan perlindungan harga dan kepastian pasar. Selain itu, pengembangan infrastruktur pendukung seperti pengolahan hasil panen skala kecil-menengah dan dashboard neraca komoditas dinilai penting untuk stabilitas harga dan distribusi​

Apalagi, ungkap Eliza, usia muda memiliki keterbatasan modal sehingga sulit mendapatkan pembiayaan yang murah lantaran suku bunga pinjaman untuk sektor pertanian yang relatif tinggi dibandingkan sektor lain. “Sudah pembiaayaan mahal, dihadapkan dengan ketidakpastian yang tinggi dari sisi pasar dan harga. Anak muda tidak ingin risiko tinggi, tetapi return-nya rendah juga,” tuturnya. Untuk itu, kata Eliza, pemerintah perlu mengundang investor untuk membangun industri skala kecil menengah untuk pengolahan hasil panen sehingga harga komoditas stabil, penciptaan nilai tambah, serta penciptaan lapangan kerja.

Statistik dan Tantangan

Hasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan jumlah petani milenial mencapai 6,18 juta orang atau 21,93% dari total petani di Indonesia. Namun, hanya 2,6 juta di antaranya yang memanfaatkan teknologi digital, sementara selebihnya masih bertani secara konvensional. Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah petani milenial terbanyak, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Kementan optimistis dengan program ini, termasuk dengan pembagian alat pertanian modern. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut penggunaan teknologi dan insentif pendapatan menjadi daya tarik utama bagi generasi muda. Namun, proyeksi pendapatan Rp10 juta berasal dari hasil panen, bukan gaji tetap, yang berisiko jika hasil panen tidak sesuai harapan.

Berangkat dari dua faktor ini, Kementan optimistis dapat menarik generasi milenial dan generasi Z untuk terjun di sektor pertanian. “Kami bagikan mesin, dia gunakan. Karena milenial, generasi Z mau turun mana kala menguntungkan, minimal pendapatannya Rp10 juta per bulan,” kata Amran dikutip dari Instagram resmi Kementan, Minggu (24/11/2024).

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button