Malam Ramadhan, Antara Berburu Rupiah atau Berburu Pahala
USAHAMUSLIM.ID , MAKASSAR – Saat bulan Ramadhan tiba, penjaja aneka jajanan dan kuliner ramai di mana-mana. Kebutuhan yang meningkat terhadap aneka jenis makanan di bulan Ramadhan membuat para pengusaha kuliner berlomba-lomba meraih keuntungan dengan memanfaatkan moment yang hanya datang sekali dalam setahun itu.
Warung makan ramai membuka lapak di bulan ramadhan memenuhi sudut-sudut kota, mulai sejak sore hari jelang waktu berbuka hingga waktu sahur tiba.
Permasalahannya adalah aktifitas berburu rupiah ini berbenturan dengan aktifitas berburu pahala yang waktunya bersamaan, yakni sama-sama di malam hari. Dua aktifitas berburu yang memunculkan keramaian yang menjadikan sejumlah tempat beralih fungsi menjadi kerumunan orang.
Mulai dari pekarangan toko, tepi jalan raya, hingga pelataran mesjid semuanya beralih fungsi menjadi tempat menjajakan makanan, semakin menjadikan dilema bagi sebagian orang, apakah akan memilih berjualan berburu rupiah ataukan memilih meninggalkan aktifitas berjualan dan mengikuti kegiatan ibadah di mesjid guna berburu pahala.
Menyikapi fenomena itu, Ustadz Irfan Hafid kepada usahamuslim.id memberikan sejumlah nasehat dan saran. Menurutnya akan lebih baik bila memilih berburu pahala di bulan yang penuh berkah ini, sebab aktifitas berdagang itu dapat dilakukan di bulan-bulan lain.
“Iya memang serba salah sih, karena moment seperti ini bagi para pedagang adalah moment-moment yang sayang untuk dilewatkan. Namun masalahnya adalah kita juga punya kewajiban yang lebih utama, yakni mengejar pahala sholat tarwih, dan itu hanya ada di bulan Ramadhan,” ujarnya.
Ustadz yang juga pengusaha itu kemudian mengutip sebuah dalil yang merupakan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa Barang siapa yang berdiri di malam hari (qiyamullail/sholat tarwih) dengan dasar keimanan dan mengharap pahala, maka akan dihapuskan dosa-dosanya yang telah lampau.
“Sebab ada tiga amalan di bulan Ramadhan ini, yang apabila dilaksanakan akan dilipatkan pahalanya melebihi pahala apabila dilaksanakan di luar bulan Ramadhan, dan memang ketiganya merupakan amalan wajibnya bulan Ramadhan, yakni Puasa, tilawah dan tarwih,” imbuhnya.
Sehingga menurutnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh para pengusaha kuliner itu agar waktunya tidak tersita habis dan terlalaikan dalam mengejar pahala yang besar di bulan Ramadhan, yakni boleh dengan cara meninggalkan aktifitas jualan selama bulan Ramadhan lalu memfokuskan diri untuk ibadah saja.
“Atau boleh juga dengan menyerahkan pengelolaan warungnya kepada orang lain, lalu yang bersangkutan fokus mengikuti kegiatan ibadah, bisa juga dengan melakukannya secara bergantian dengan sejumlah kerabat. Sehingga semua aktifitas itu dapat berjalan dengan baik.” Jelasnya.
Selama bulan Ramadhan, aktifitas warga kota Makassar mulai terlihat ramai sejak pukul 17.00 hingga 24.00 WITA, bahkan sejumlah warung ada yang buka hingga sahur, meskipun suasana mulai sepi.
Wahyudi, pemilik warung Nasi Kebuli, di jalan perintis kemerdekaan memilih membuka warung hanya sampai pukul 21.00 WITA saja, dengan menyerahkan pengelolaan warungnya kepada karyawan, sementara dirinya bisa fokus menjalankan ibadah malam di bulan Ramadhan.
“Karena faktor keamanan, saya memutuskan membuka warung hanya sampai jam sembilan malam saja. Karena karyawan saya semuanya perempuan. “ kata Wahyudi.
Sementara pemilik warung Coto Makkah, Sugianto memilih membuka warungnya hingga waktu sahur di jalan Sulawesi, Makassar.
Keduanya pengusaha kuliner ini mengaku tidak mengalami kendala dalam menjalankan aktifitas ibadah selama bulan Ramadhan, karena pengelolaan usahanya sudah dijalankan oleh para pegawainya, tanpa harus ditangani langsung lagi oleh mereka sebagai pemilik usaha.
Sehingga dengan demikian, semuanya bisa berjalan beriring bersamaan, tanpa satupun yang terbengkalai. Berburu rupiahnya jalan, berburu pahalanya pun tetap lancar.(UM)