Varian Baru Omicron Masuk Indonesia, Masyarakat Dihimbau Jadikan Protkes sebagai Gaya Hidup

USAHAMUSLIM.ID,MAKASSAR – Informasi yang dihimpun UM menyebutkan, kasus munculnya varian baru Covid-19, yakni Omicron di Indonesia, pertama kali terdeteksi pada saat kedatangan penumpang pesawat dari Amerika dan Inggeris yang mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, pada Kamis,9 Desember 2021,.
Kepala KKP Soekarno-Hatta,dokter Darmawali Handoko sebagaimana dikutip mengatakan, pasien yang terpapar tersebut adalah WNI yang tiba dari Amerika dan diketahui positif terpapar setelah menjalani tes Swab PCR dan langsung dibawa ke RS Karantina Wisma Atlet Kemayoran. Hingga saat ini tercatat telah ada sebanyak 77 negara yang melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron.
Masyarakat dihimbau untuk ikut berperan aktif dalam membatasi penyebaran varian baru Covid-19, Omicron ini, antara lain dengan mengikuti aturan pemerintah dalam pemberlakuan kembali pembatasan sosial secara cermat dan tepat..
Masyarakat perlu terus menjaga pola hidup sehat dengan ada atau tidak adanya kasus di sekitar lingkungannya. Protokol kesehatan, yakni memakai masker dan mencuci tangan ini sebaiknya dijadikan gaya hidup. Bila seseorang merasa terinveksi virus corona, maka sebaiknya segera menjalani tes PCR, dan apabila positif, sebaiknya memberitahu otoritas dan petugas medis untuk mengetahui bepergian ke mana saja dalam beberapa hari terakhir ini, dan telah melakukan kontak dengan siapa saja. Demikian dikatakan Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Chairul Anwar Nidom.
Menurut Nidom, tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini masih berkaitan dengan komorbid yang ada pada diri pasien, terutama terkait dengan gangguan pembutluh darah.
“Varian Delta masih lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan varian Omicron ini.” Ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga harus sigap melakukan pencegahan dengan cara menelusuri secara komprehensif kontak pasien Omicron pertama di Indonesia, dan segera memberlakukan pembatasan sosial sebelum terlambat.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah, menyikapi munculnya varian baru Omicron ini, antara lain:
-Meningkatkan tes covid-19
-Gencarkan vaksinasi
-Lakukan pembatasan sosial sesuai dengan perkembangan epidemologi, yakni dengan melakukan pendataan yang akurat, dan apabila terjadi peningkatan kasus maka jangan sampai terlambat melakukan PPKM, dan semua keputusan harus diambil berdasarkan bukti ilmiah.
Lebih lanjut Nidom mengatakan, Omicron termasuk dalam kelompok variant of concern (VOC), atau varian yang patut diwaspadai. Saat ini, PNF tetap melakukan pemantauan terhadap dinamika virus Covid-19 di lapangan, dan sudah ada lima varian virus yang sudah di Whole Genome Sequencing (WGS) dan tercatat di GISAID, sebuah organisasi nirlaba internasional yang mempelajari genetika virus
Meskipun demikian, Chairul Anwar Nidom meminta masyarakat untuk tidak panik menanggapi munculnya kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Karena menurutnya, tingkat keparahan penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 itu tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan varian Delta yang lebih mengkhawatirkan. Namun, dia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dan terus menjalankan protokol kesehatan.
Keberadaan varian-varian tambahan, seperti Omicron, membuat pasokan material genetik untuk virus melakukan koalisi semakin beragam dan menyulitkan untuk memprediksinya. Dijelaskannya kemunculan varian virus baru ini, biasanya berasal dari sumber genetik dari virus yang ada di lingkungan.
“Oleh karena itu, sebaiknya hasil vaksinasi yang sudah dilakukan selama ini diuji proteksi kembali terhadap virus varian yang sudah ada. Jika antibodi yang ada di tubuh seseorang mampu memproteksi terhadap varian tersebut, maka risiko yang dihadapi akan lebih kecil.”jelas Founder dan Ketua Tim Profesor Nidom Foundation (PNF) itu. (UM)