Urban Farming, Solusi Bertani di Lahan Sempit Pekotaan
USAHAMUSLIM.ID-MAKASSAR – Walaupun sejumlah praktisi menilai bertani di perkotaan belum bisa menciptakan ketahanan pangan mandiri, namun urban farming saat ini telah menjadi sesuatu yang tengah marak di banyak kota di Indonesia. Gairah bercocok tanam di lahan terbatas di perkotaan ini hampir terlihat di setiap rumah-rumah warga perkotaan, termasuk di kota Makassar.
Sehingga bisa dikatakan berkebun dan bercocok tanam dengan memanfaatkan sudut-sudut pekarangan yang terbatas, khususnya tanaman produktif seperti sayur dan buah, tidak lagi identik dengan masyarakat di pedesaan. Karena tidak sedikit dari warga perkotaan sekarang juga melakoni aktivitas pertanian seperti itu dengan memanfaatkan lahan mereka yang serba terbatas.
Seperti yang dilakoni oleh H. Agus Lahiya, ST., warga kompleks Sikamaseang, kelurahan Berua, kecamatan Biringkanaya, kota Makassar.
Dengan memanfaatkan rooftop atau atap rumahnya yang tidak begitu luas, ayah empat orang anak ini menyulapnya menjadi sebuah “kebun melayang”. Dikatakan demikian karena posisinya jauh terangkat dari permukaan tanah.
Di pemukiman yang padat dan minim pekarangan itu, dosen teknik perkapalan di salah satu universitas terkemuka di Indonesia Timur ini, menanam berbagai tanaman produktif seperti sayur dan buah maupun tanaman obat, bahkan juga terdapat 2 kolam ikan lele dan ikan nila.
“Ya karena tak ada pekarangan untuk tempat menanam, sehingga kita manfaatkan loteng ini, daripada dibiarkan kosong melompong, ya Alhamdulillah kalau hanya untuk masak sehari-hari sih, kita tinggal petik saja,” ujarnya ketika ditemui usahamuslim.id di kebunnya yang unik itu.
Terdapat tanaman buah naga yang berbuah tanpa kenal musim, Apel India yang terlihat telah berbuah, juga terdapat tanaman asam manis, strowberry, jeruk manis, pepaya, pisang dan aneka tanaman buah lainnya.
Berjejer pula dua kolam ikan dari terpal plastik yang diatasnya terdapat tanaman sawi dan kangkung yang ditanam dengan sistem hidrophonik.
“Ya, dengan cara ini kita bisa hemat belanja karena menanam sendiri, di samping hemat tentunya juga sehat,” katanya.
Selain memanfaatkan lahan yang sangat terbatas, pemilik bengkel mesin cuci dan kulkas ini juga memanfaatkan barang barang bekas sebagai media tanam. Seperti botol plastik, drum plastik, saringan mesin cuci dan lain-lain. Sedangkan untuk pupuk tanamannya pun terbilang ramah lingkungan karena diracik sendiri.
“Untuk pupuk tanaman saya menggunakan air bekas cucian beras yang ditambah kulit pisang dan limbah dapur lainnya, campur dengan EM-4 pertanian yang difermentasi selama tujuh hari.” jelasnya.
Selain sebagai hobby, Agus juga mengembangkan bibit tanaman dari berbagai jenis buah-buahan untuk dijual. (UM/Khairil Anas)