Sour Sally Ekspansi ke Filipina, Wujud Gastrodiplomasi Indonesia

Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif sekaligus Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menjadi pembicara sekaligus saksi dalam penandatanganan kerja sama antara Sour Sally Group dan mitra bisnisnya di Filipina. Acara ini berlangsung dalam ajang “Indonesia Go Global” yang digelar di IDN HQ, Jakarta, pada Rabu (12/3/2025).
Riefky menyampaikan kebanggaannya atas keberhasilan Sour Sally dalam memperluas jaringan bisnis ke pasar internasional. Perusahaan kuliner ini resmi menandatangani perjanjian waralaba utama di Filipina, melanjutkan ekspansinya setelah sukses membuka 30 outlet di Uni Emirat Arab dan Arab Saudi dengan nilai investasi mencapai 1 juta dolar AS. Keberhasilan ini, menurutnya, merupakan bukti bahwa produk kuliner Indonesia memiliki daya saing global.
“Sour Sally telah menunjukkan bahwa bisnis kuliner Indonesia dapat berkembang pesat di pasar internasional. Kami di Kemenekraf sangat bangga dengan pencapaian ini,” ujar Riefky dalam keterangan resminya, Kamis (13/3/2025). Dikutip dari detik.com
Gastrodiplomasi sebagai Strategi Diplomasi Ekonomi
Menekraf Riefky menekankan bahwa ekspansi ini merupakan contoh nyata dari gastrodiplomasi, yakni pemanfaatan kuliner sebagai alat diplomasi untuk memperkuat hubungan antarnegara. Ia meyakini strategi ini dapat mendorong kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara lain, sekaligus memperkenalkan lebih banyak produk kuliner Indonesia ke dunia.
“Kami yakin pelaku ekonomi kreatif Indonesia mampu bersaing secara global dengan strategi yang tepat dan dukungan pemerintah. Jika ini terus berjalan, target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen bisa tercapai,” tambahnya.
Ia juga berharap keberhasilan Sour Sally dapat menjadi inspirasi bagi pelaku usaha kuliner lain di Indonesia untuk memiliki visi global dan menembus pasar internasional.
Dukungan dari Pemerintah dan Industri
Ketua HIPMI Culinary Indonesia (HCI), Cikhita Virginia Sebayang, menyampaikan apresiasi kepada Menekraf Riefky atas dukungannya terhadap ekspansi bisnis kuliner Indonesia. Ia menegaskan bahwa keberhasilan Sour Sally menunjukkan potensi besar industri makanan dan minuman (F&B) Indonesia di pasar global.
“Kita harus terus mendorong ekspansi bisnis ke luar negeri dan memastikan industri F&B mendapatkan dukungan yang memadai agar bisa bersaing di kancah internasional,” kata Cikhita.
Sementara itu, Founder Sour Sally, Donny Pramono, menekankan pentingnya peran pemerintah dalam keberhasilan perusahaannya di pasar global. Menurutnya, dukungan berupa peningkatan wawasan bisnis dan sertifikasi halal sangat membantu dalam memperluas jangkauan produk kuliner Indonesia.
“Dukungan dari pemerintah, khususnya Kementerian Ekonomi Kreatif, sangat berperan dalam kesuksesan kami di pasar global. Kami berharap pemerintah terus membantu dalam aspek pengetahuan dan sertifikasi guna meningkatkan kualitas serta konsistensi produk,” ujar Donny.
Peluang Besar di Pasar Halal Dunia
Sekretaris Utama Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Muhammad Aqil Irham, juga menyoroti potensi besar industri halal Indonesia di kancah global. Menurutnya, negara-negara Timur Tengah dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) masih menjadi pasar yang sangat terbuka bagi produk halal asal Indonesia.
“Belanja konsumen muslim dunia mencapai 3 triliun dolar AS, sementara Indonesia baru mendapatkan 13,38 miliar dolar AS. Ini berarti peluangnya masih sangat besar bagi produk halal Indonesia untuk memperluas ekspor ke negara-negara OKI,” jelas Aqil.
Ia pun menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendukung upaya Menteri Ekonomi Kreatif dalam memajukan ekonomi kreatif Indonesia ke tingkat global.
Ekspansi Sour Sally ke Filipina menjadi bukti bahwa strategi gastrodiplomasi dan dukungan pemerintah dapat membawa kuliner Indonesia ke panggung internasional. Keberhasilan ini diharapkan akan membuka jalan bagi lebih banyak brand lokal untuk bersaing di pasar global dan memperkuat ekonomi kreatif Indonesia.