
USAHAMUSLIM.ID,BOGOR – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan Generasi muda atau yang biasa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Syahrul percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian akan mampu memiliki peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik, apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, maka dunia ada dalam genggaman mereka.
“Pemegang estafet dunia agribisnis di masa depan adalah generasi muda, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian di negeri ini.” Kata Syahrul.
Senada dengan itu, Ceo Nusada Agro dan Nusada Kopi, Afrizal Ahmad Nurrohman sepakat bahwa keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian di Indonesia.
Hal itu terungkap melalui Live Webinar Sukses Bertani Ala Milenial Bersama KPMI Korwil Bogor, yang menghadirkan Pemateri, diantaranya: Afrizal Ahmad Nurrohman ( Ceo Nusada Agro & Nusada Kopi) dan Junediyono, S.Hut, M.Si selaku Founder Kebun Berkah, sekaligus Pembina Kelompok Tani Bunga, kota Bogor.
“Para pemuda yang akrab kita sebut sebagai kaum milenial itu diharapkan mampu dan mau menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian, yang langsung terjun mengembangkan usaha pertanian dari hulu hingga hilir,”ujar Afrizal.
Menurut pengusaha yang lahir di Bogor, pada 27 April 1989 ini, kaum milenial ini memiliki potensi yang bagus untuk menjalankan bidang agrobisnis ini, sebab bidang usaha yang satu ini dapat dikembangkan dengan cara memadukannya bersama bidang usaha lain, semisal peternakan, perikanan dan bahkan dipadukan dengan usaha wisata, sehingga lahirlah sejumlah bisnis baru seperti, Agrowisata, Agroindustri, Agroedukasi dan lain-lain.
“Tinggal bagaimana menumbuhkan mental para milenial kita sehingga mereka mau terjun dalam menjalankan bisnis berbasis pertanian ini, dan yang paling penting untuk diketahui bahwa di zaman milenium ini, kegiatan bertani secara modern jauh berbeda dengan pertanian zaman dulu yang identik dengan kotor, kumuh dan becek, ” katanya lagi.
Dalam masa pandemi ini, geliat usaha agrobisnis terlihat mulai trending di mana-mana. Pemenuhan kebutuhan primer, menjadi faktor utama mengapa bisnis ini penting dan berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa contoh kebutuhan primer yang merupakan produk dari usaha agrobisnis adalah padi, jagung dan sayur-mayur. Belum termasuk apabila kegiatan usaha agrobisnis ini dipadukan dengan usaha lain seperti peternakan, perikanan maupun pariwisata, maka tentu produk hasilannya jauh lebih banyak dan lebih beragam lagi.
Afrizal menyebut petani milenial yang menjadi mitra binaannya, diarahkan untuk mengelola kopi mulai dari penanaman, panen, proses pembuatan jadi kopi bubuk kemasan, hingga produk tersebut dijual di warung kopi siap saji. Bahkan produk kopi yang mereka hasilkan sudah diekspor hingga ke luar negeri, seperti Australia.
Lain lagi dengan Founder Kebun Berkah, Pembina Kelompok Tani Bunga Bogor Junediyono, S.Hut, M.Si. Menurutnya, usaha agrobisnis selain sebagai peluang ekonomi, juga mampu membuka peluang dalam bidang edukasi, meliputi proses penanaman, pemupukan, pemanenan sampai pengolahan kopi dan penjualan hasil produk pertanian. Wisatawan bisa datang langsung ke lahan agrobisnis untuk bersama-sama melakukan kegiatan pertanian secara langsung, belajar sambil rekreasi.
“Usaha pertanian yang kita namakan agrobisnis ini juga bisa mengembangkan tanaman hias yang sedang ngetrend, kita sebut saja beberapa di antaranya seperti tanaman Sri Rejeki atau Aglaonema yang saat ini terus dikembangkan sejumlah petani milenial di beberapa daerah. Apalagi di saat pandemi saat ini, ketika banyak orang terpaksa tinggal di rumah, maka tanaman hias banyak dicari orang, untuk mengisi waktu luang selagi berada di rumah. Ini menjadi peluang usaha bagi kaum milenial, untuk mengembangkan dan menjual tanaman hias.” katanya.
Aglaonema selama ini cocok dibudidayakan di wilayah Bandungan dan Ungaran serta Getasan yang berada di kaki gunung Merbabu dan Telomoyo.
Sementara itu kementerian Pertanian di bawah komando, mantan gubernur Sulawesi Selatan dua priode, Syahrul Yasin Limpo memang terus mendorong trend positif ini dengan melakukan pembinaan melalui kegiatan pelatihan, fasilitasi sarana rumah kemas dan sejumlah fasilitas lainnya, sehingga ke depan diharapkan lebih banyak petani milenial yang muncul dengan komoditas berbeda karena potensi untuk meraih keuntungannya yang sangat besar.
Kaum milenial harus diberi pemahaman yang baik, bahwa bidang agrobisnis atau pertanian modern tidak hanya berkutat pada aktifitas persawahan saja, tetapi bisa menyentuh bidang usaha yang lebih luas meliputi edukasi, wisata, peternakan dan perikanan. Jenis tanamannya pun beragam, mulai dari tanaman produktif seperti padi, jagung, sayur mayur, kopi, hingga tanaman hias dan hortikultura atau buah–buahan.
“Sistemnya pun dapat disesuaikan dengan mudah, apakah mau menggunakan sistem penanaman konvensional maupun organik. Petani petani milenial sekarang lebih mudah mendapatkan informasi teknologi terbaru. Mereka cepat beradaptasi dengan teknologi, jadi menyampaikannya pun mudah, apalagi penerapannya di lapangan. Tinggal bagaimana kita membangun mental dalam diri para petani milenial agar mereka mau segera berbuat.” Pungkasnya. (UM)