Papua Barat Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2024 tidak terjadi di Pulau Jawa, melainkan di wilayah Maluku dan Papua yang mencatatkan angka sebesar 7,81%. Papua Barat menjadi kontributor utama dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 2,58%.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Papua Barat didorong oleh kenaikan signifikan dalam sektor industri pengolahan, khususnya minyak dan gas (migas). “Peningkatan produksi migas ini terjadi akibat bertambahnya produksi LNG dari proyek Tangguh Train 3,” ujarnya dalam konferensi pers pada Rabu (5/2/2025). Dikutip dari bisnis.com
Sejalan dengan peningkatan produksi tersebut, ekspor gas—sebagai komoditas utama Papua Barat—mengalami pertumbuhan sebesar 17,53% sepanjang 2024. Data BPS Papua Barat mencatat, pada kuartal IV/2024 ekonomi provinsi ini tumbuh 22,11% secara tahunan (year on year/YoY) dan 20,8% secara kumulatif dalam setahun. Namun, dibandingkan dengan kuartal III/2024, ekonomi Papua Barat mengalami kontraksi sebesar 2,21% pada kuartal IV/2024.
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua Barat terutama ditopang oleh industri pengolahan, yang tumbuh 32,9% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai informasi, Tangguh Train 3 merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dikembangkan di lapangan gas Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 24 November 2023 dan berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas produksi LNG Tangguh menjadi 11,4 juta ton per tahun, mendukung target produksi gas nasional sebesar 12 standar kaki kubik pada 2030.
Secara nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 5,03%. Meski demikian, sejumlah wilayah di luar Jawa menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Kalimantan mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,52%, Bali dan Nusa Tenggara (Nusra) tumbuh 5,04%, serta Sulawesi mencapai 6,18%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Sumatera justru lebih rendah, masing-masing sebesar 4,92% dan 4,45%.