Industri Kakao Indonesia Hadapi Tantangan, Center of Excellence Didirikan di Banyuwangi

Industri kakao memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional, tetapi mengalami berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius. Data dari International Cocoa Organization (ICCO) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi biji kakao Indonesia terus menurun sejak 2010.
Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya produktivitas akibat penggunaan bibit berkualitas rendah, serangan hama dan penyakit, perubahan iklim ekstrem, serta alih fungsi lahan.
Sebagai respons terhadap permasalahan ini, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) meluncurkan Center of Excellence Kakao Indonesia di Kebun Kendenglembu, Banyuwangi. Inisiatif ini merupakan bagian dari perluasan mandat Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara, yang pada November 2024 ditugaskan oleh Menteri BUMN Erick Thohir untuk mendukung pengembangan komoditas kakao secara nasional.
Ketua PMO Kopi dan Kakao Nusantara, Dwi Sutoro, menegaskan bahwa pendirian Center of Excellence ini mencerminkan komitmen berbagai pemangku kepentingan dalam memperkuat peran BUMN sebagai agen pembangunan sektor perkebunan nasional.
“Dengan pendekatan berbasis riset dan kemitraan strategis, kami ingin meningkatkan produktivitas dan daya saing industri kakao Indonesia di pasar global. Apalagi, 99,6% produksi kakao Indonesia berasal dari petani rakyat yang harus kita dukung,” ujar Dwi Sutoro, yang juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara. “Kami berharap Center of Excellence ini dapat menjadi solusi terpadu bagi seluruh pihak yang terlibat dalam industri kakao.” Dikutip dari liputan6.com
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kakao Berkelanjutan
Center of Excellence Kakao Indonesia akan berfungsi sebagai pusat penelitian, pelatihan, serta pengembangan teknologi budidaya kakao yang produktif dan berkelanjutan. Program utama yang akan dijalankan meliputi:
- Pengembangan Varietas Unggul Meneliti dan mengembangkan varietas kakao berkualitas tinggi yang tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki produktivitas tinggi.
- Peningkatan Kapasitas Petani Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani terkait teknik budidaya terbaik, fermentasi, dan pascapanen guna meningkatkan kualitas biji kakao.
- Penguatan Kemitraan Industri Membangun kerja sama dengan pelaku industri, eksportir, dan peritel guna menciptakan rantai pasok yang terintegrasi dan menguntungkan bagi petani.
- Riset dan Inovasi Teknologi Mengembangkan praktik agronomi berbasis teknologi, termasuk sistem agroforestri dan pertanian regeneratif guna meningkatkan keberlanjutan produksi kakao nasional.
Saat ini, Kebun Kendenglembu di Banyuwangi memiliki luas total 220,3 hektare dan menerapkan konsep pertanian regeneratif untuk budidaya kakao edel maupun kakao bulk. Kebun ini dikenal sebagai salah satu penghasil kakao edel terbaik di Indonesia dan tetap mempertahankan fokus pada pengembangan kakao edel dalam strategi inovasinya.
Beberapa area pengembangan yang diterapkan di Kebun Kendenglembu meliputi Area Poliklonal, Sistem Irigasi Berbasis Gravitasi dan Intensif GAP, serta Area Uji Adaptabilitas Kesesuaian Lahan Edel vs Bulk. Selain itu, uji penaung multistrata juga dikembangkan untuk mendukung pendekatan agroforestri.
Kepala Puslitkoka, Dini Astika Sari, menegaskan bahwa riset dan inovasi berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah kakao Indonesia. “Puslitkoka berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi dan pengetahuan yang dapat diterapkan oleh petani serta pelaku industri guna meningkatkan kualitas dan keberlanjutan kakao nasional,” jelasnya.
Dengan berdirinya Center of Excellence Kakao Indonesia di Banyuwangi, diharapkan tercipta model percontohan bagi pengembangan industri kakao di berbagai daerah. Pendekatan yang mencakup peningkatan produksi, kualitas, dan akses pasar ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani serta memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen utama kakao global.