Profil Usaha

Dari Hobby Mengoleksi Pakaian, Akhirnya Sukses Mendulang Untung Ratusan Juta Lewat Jualan Pakaian

USAHAMUSLIM.ID, MAKASSAR – Persaingan bisnis semakin marak, diperparah dengan terjangan wabah covid-19 di awal tahun 2020, menyebabkan banyak bisnis yang bangkrut, perekonomian terpuruk, pengusaha banyak yang gulung tikar dan jatuh bergelimpangan, ribuan karyawan dirumahkan.

Meski begitu, bukan berarti tidak ada peluang. Sebuah nasehat bijak mengatakan, “Ketika satu pintu tertutup maka ada banyak pintu lain yang terbuka, maka janganlah engkau terpaku pada pintu yang tertutup itu, segeralah beralih ke pintu lain yang terbuka.”

Nasehat itulah yang dipegang kuat oleh pengusaha sukses yang menggeluti bisnis jual pakaian muslim yang satu ini. Selain jeli membaca peluang, dia juga berhasil mempromosikan bisnisnya melalui media sosial. Usianya yang terbilang masih muda namun kemampuannya meraup omzet ratusan juta rupiah dari bisnis pakaian, patut diacungi jempol.

Dialah Mukhsin Abu Syamil, pemilik toko “Damascus” yang berdiri dengan gagah di Pusat Niaga Tamalanrea, Makassar. Melalui usahanya itu dia mampu meraup omzet ratusan juta setiap bulan, meski tokonya itu terbilang baru mulai buka setahun lalu.

Dengan penuh keberanian, pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini merogoh koceknya sebesar Rp 800 juta untuk mendirikan toko bernuansa Islami bertajuk “Damascus” di pusat kegiatan warga kota Makassar, beriringan dengan virus Corona yang mewabah, dan di kala banyak pengusaha lain kalang kabut mempertahankan usahanya untuk tetap berjalan.

“Kita hanya diwajibkan berusaha, adapun hasil dan kesuksesan itu milik Allah, ” demikian jawabnya ketika diwawancarai oleh media ini.

Namun toko pakaian muslim “Damascus” itu bukanlah bisnis pertamanya. Sejak tahun 2005 silam, ia telah memiliki sebuah toko distro di seberang jalan menuju kampus merah, Universitas Hasanuddin, dan diapit sejumlah kampus terkemuka lainnya di bilangan Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10 kota Makassar.

“Saya membuka distro, toko baju kaos yang identik dengan anak-anak muda yang gaul. Kita sengaja memilih tempat di depan pintu satu Unhas itu karena di titik itulah pusat berkumpulnya anak-anak mahasiswa dan anak-anak muda. Seiring berjalannya waktu, Allah bukakan hidayah untuk mengenal Islam yang benar, maka perlahan-lahan saya mengganti motif-motif kaos jualan saya dengan motif Islami. Gambar makhluk hidup yang ada pada T-shirt yang kami jual sedikit demi sedikit kita tinggalkan. Alhamdulillah Allah mudahkan, dan ternyata kaos bermotif dakwah, bermuatan nasehat dan ajakan kebaikan justru lebih digemari. Maka dari situlah saya beranikan diri membuka toko fashion muslim di tahun 2020 tepatnya bulan Februari. Namun toko Distro kami yang di depan pintu satu Unhas sebelum lampu merah itu masih eksis sampai sekarang. “kisahnya.

Melihat respon yang sangat positif dari konsumen yang gemar dengan pakaian bermotif Islami itulah, ayah dengan lima orang anak ini memberanikan diri membuka toko Damascus yang 100 persen menjual pakaian dan pernak-pernik busana muslim.

“Begitu melihat respon orang terhadap produk baju muslim, sebenarnya saya langsung mau dirikan toko fashion muslim saat itu, namun sempat tertunda selama 3 tahun, karena terkendala tempat. Saya ingin memiliki tempat yang bukan status ngontrak. Namun karena tidak punya dana yang cukup untuk membeli ruko, akhirnya ruko yang lama saja yang kita manfaatkan.” katanya menjelaskan.

Toko Damascus miliknya yang saat ini menjual pakaian muslim itu sebelumnya juga merupakan toko pakaian yang menjual distro dengan nama toko “Rock Way”.

Diceritakannya, bahwa omset Rock Way yang terus mengalami penurunan tiap bulan itu juga menjadi penyebab dirinya mengambil keputusan untuk menggantinya dengan nama “Damascus”, toko yang khusus menjual fashion muslim ikhwah.

“Qaddarullah ketika saya membuka Damascus, bersamaan barang saya masuk di akhir bulan Februati 2020 lalu, Covid-19 mewabah. Saya tawakkal, saya yakin ini semua kehendak Allah. Alhamdulillah walaupun di masa pandemi, omset Damascus setiap bulan tetap menunjukkan kenaikan dengan izin Allah.” ujarnya bersyukur.

Omzet tersebut dia dapat dari penjualan baju untuk ikhwah, dengan rata-rata harga jual antara Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu untuk pesanan dengan jumlah besar.

Melihat potensi yang begitu besar, Damascus pun kian memperbanyak jenis koleksi pakaiannya, dari semula hanya pakaian untuk ikhwah menjadi lebih banyak varian seperti Jubah import dan lokal, kurta, kemko, sirwal baik setelan dewasa maupun setelan anak.

“Damascus saat ini juga menjual kurta anak, sirwal anak, peci, parfum, tas, sendal. Kurta kaos juga ada, baik dewasa maupun untuk anak-anak.”sebutnya.

Bahan yang digunakan pun lebih beragam, mulai dari yang paling mahal hingga yang termurah mampu disanggupinya. Sebut saja polyester, gildan, cotton carded, cotton combed, polo shirt dan cotton bamboo yang menjadi bahan dasar setiap pesanan.

Untuk lebih memperluas jangkauan promosinya, Damascus memanfaatkan semua lini media sosial untuk menyapa konsumen guna menawarkan jualan pakaiannya, dan upaya tersebut membuahkan hasil yang signifikan dalam mendorong laju perkembangan bisnisnya.

“Setiap hari kami melakukan siaran langsung melalui jalur FB, khusus untuk grup makassar dagang, mayoritas penontonnya adalah ibu-ibu, maka kita tawarkan kurta setelan anak-anak. Alhamdulillah responnya baik sekali.” bebernya.

Selanjutnya, pria berdarah Bugis Pinrang yang sejak kecil memang gemar membeli pakaian ini membagi tips suksesnya dalam berbisnis. Menurutnya, bisnis apapun yang dijalani harus dijiwai, harus menjadi kegemaran. Sebab bila bisnis yang dilakoni itu didasari atas hobby, maka apapun caranya akan tetap dijalani untuk membuatnya maju, bagaimanapun sulitnya akan tetap ditempuh untuk menjadikannya sukses dan berjaya. (UM/Khairil Anas)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button