Peran Penceramah Dianggap ‘Strategis’ untuk Mengedukasi Umat Menghindari Paparan Radikalisme
USAHAMUSLIM.ID, MAKASSAR – Momentum bulan Ramadhan merupakan saat paling tepat dalam upaya memberikan pemahaman kepada umat Muslim tentang apa dan bagaimana radikalisme serta terorisme, agar mereka terhindar dari paparan ajaran yang menyimpang.
Penceramah dihimbau mengedukasi umat agar terhindar dari paparan radikalisme dengan mengangkat tema-tema ceramah yang mencerahkan. Pasalnya, kebanyakan anak-anak muda yang terlibat dalan aksi terorisme yang terjadi selama ini adalah akibat ketidakmengertian mereka terhadap ajaran agama yang benar.
Hal itu disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren As Sunnah Makassar, yang sekaligus penulis buku “Antara Jihad dan Terorisme”, ustadz Dzulqarnain M Sunusi hafizhahullah, dalam program acara Sakinah Indonesia, di Radio An-Nashihah, Kamis (29/4) hari ini.
Pada acara interaktif yang mengangkat tema “Ramadhan Momentum Membentengi Diri dari Radikalisme dan Terorisme” terungkap sebanyak 52 pemuda terduga sebagai pelaku aksi teroris di Sulawesi Selatan yang telah diamankan oleh tim Densus 88 Antiteror Polda Sulsel.
“Ini menjadi keprihatinan kita, banyaknya pemuda yang terlibat dalam aksi terorisme ini, patut menjadi perhatian serius bagi seluruh pemangku kebijakan, tidak ketinggalan para penceramah, karena ini menunjukkan minimnya pengetahuan mereka terhadap ajaran agama yang benar, “ katanya.
Menurutnya, ada 7 point yang bisa dijadikan sebagai tema ceramah oleh pada penceramah dalam bulan Ramadhan ini, di antaranya:
1. Menjadikan Ramadhan sebagai latihan menjaga kebersamaan dan kesatuan.
Bulan Ramadhan adalam momentum bagi kita semua meningkatkan persatuan, mempererat silaturahim, dalam merasakan suasana kebersamaan baik antara sesama muslim, maupun dengan sesama anak bangsa lainnya yang tidak seagama.
2. Tidak ada satupun dalil dari Al Qur’an maupun Hadist yang berisi perintah kudeta terhadap pemerintah.
Sekalipun pemerintah berbuat dzalim, sekalipun pemimpin lebih mengutamakan hak mereka dan mengabaikan hak rakyatnya, maka kita diperintahkan untuk bersabar dan mendoakan kebaikan kepada pemimpin. Tak ada satupun dalil yang berisi perintah kudeta pada pemimpin.
“Sebab salah satu tanda bahwa suatu kaum terpapar pemikiran radikalisme, adalah ketika mereka enggan mendoakan pemimpinnya, padahal itu merupakan etika yang diperintahkan dalam agama kita,” jelas Ustadz Dzulqarnain.
3. Memilih sikap pertengahan dan mengutamakan keseimbangan.
Sikap yang pertengahan adalah tidak berlebih-lebihan dalam menerapkan dan mengamalkan ajaran agama. Sikap pertengahan dan mengedepankan keseimbangan ini adalah hal yang perlu difahami oleh seluruh umat Islam.
Sebab sikap berlebih-lebihan dalam beramal berpotensi menjerumuskan pada pemahaman radikal. Menganggap orang yang berbeda pemahaman dengannya adalah kafir, thogut dan karenanya halal bahkan wajib diperangi.
4. Memberikan penjelasan mengenai jihad yang benar
Jihad itu memiliki pengertian yang luas, bukan hanya perang dan adu fisik. Jihad terbagi atas dua, yakni jihad non fisik dan jihad fisik. Jihad non fisik yakni, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan syahwat dan bujukan syaitan.
“Sedangkan jihad fisik, ini memiliki ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar. Jihad fisik ini harus dilakukan dibawah pimpinan kepala negara, dilakukan dibawah bendera dan panji negara. Bukan jihad namanya bila dilakukan secara perseorangan, apalagi melawan pemerintah sendiri, itu jahat bukan jihad, “ tegas Ustadz Dzulqarnain.
5. Meningkatkan kepedulian
Para penceramah juga perlu mengingatkan umat agar meningkatkan kepedulian kepada sesama. Moment bulan Ramadhan ini sangat tepat sebagai latihan dalam menjaga sikap saling peduli.
6. Memilih panutan yang shalih
Sebaiknya anak-anak kita juga diarahkan untuk memilih teman bergaul yang baik, perhatikan dengan siapa mereka bergaul, siapa yang mereka jadikan sebagai panutan.
7. Pendidikan untuk menjadi warga negara yang baik
Yang paling penting juga adalah pendidikan kepada umat, bagaimana mereka menjadi warga negara yang baik, taat dan patuh pada aturan pemerintah.
Itulah contoh tema yang sebaiknya dijadikan materi ceramah oleh para pemceramah dalam bulan Ramadhan, sebagai upaya memberikan pemahaman yang baik kepada jamaah dan umat, agar mereka terhindar dari paparan radikalisme dan terorisme.
“Nantinya, kita akan himbau kepada para penceramah dan khatib untuk mengembagkan topik ini sebagai materi khutbah Jumat, sampai benar-benar tertanam kuat pemahaman yang baik dalam diri setiap umat, utamanya anak-anak kita agar tidak terpengruh dengan ajaran-ajaran yang menyimpang dan menyalahi sunnah.” pungkasnya (UM)