Harga Kelapa Melonjak hingga Rp 25.000, Eksportir Jadi Sorotan

Jakarta – Harga kelapa bulat dan kelapa parut di pasaran melonjak tajam, bahkan menyentuh angka Rp 25.000 per butir. Kenaikan ini disebut akibat tingginya minat ekspor, sehingga banyak pelaku usaha lebih memilih menjual ke pasar luar negeri ketimbang memenuhi kebutuhan domestik.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan bahwa lonjakan harga kelapa dipicu oleh permintaan ekspor, terutama dari Cina, yang tengah mengalami kenaikan harga. “Industri dalam negeri membeli dengan harga lebih rendah, jadi eksportir lebih memilih mengekspor. Akibatnya kelapa di pasar lokal jadi langka,” ujarnya saat ditemui di Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (20/4/2025). Dikutip dari detik.com
Kementerian Perdagangan telah mempertemukan pelaku usaha dalam negeri dan eksportir dalam upaya mencari solusi. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang tercapai antara kedua belah pihak. “Sudah kita temukan antara eksportir dan pelaku industri, tapi belum sepakat. Kita terus cari solusi terbaik,” tambah Budi.
Menanggapi usulan dari Kementerian Perindustrian untuk menghentikan sementara ekspor kelapa, Budi menyebut hal itu masih perlu dibahas secara mendalam. Ia menegaskan bahwa solusi yang diambil tidak boleh merugikan salah satu pihak. “Kita ingin semua pihak didengar. Jangan sampai salah satu dirugikan,” tegasnya.
Di sisi lain, pantauan di lapangan menunjukkan harga kelapa mengalami lonjakan signifikan. Usin, pedagang kelapa parut di Pasar Rawa Bebek, menyebut harga kelapa kini berada di kisaran Rp 20.000–25.000 per butir, tergantung ukuran. “Kalau normal, kelapa besar itu paling Rp 15.000, kecil Rp 10.000. Sekarang yang kecil aja Rp 20.000,” kata Usin saat ditemui Jumat (11/4).
Kondisi ini menambah beban masyarakat dan pelaku usaha kuliner yang mengandalkan kelapa sebagai bahan baku. Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret agar stabilitas harga kembali terjaga dan kebutuhan dalam negeri tetap aman.