Permintaan Ekspor Meningkat, Harga Kelapa Bulat Naik Jelang Lebaran 2025

Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan bahwa meningkatnya permintaan ekspor menjadi salah satu faktor utama melonjaknya harga kelapa bulat di pasar. Akibatnya, stok di dalam negeri mengalami penurunan menjelang perayaan Lebaran 2025.
“Permintaan ekspor kelapa cukup tinggi, sementara industri dalam negeri juga membutuhkan pasokan yang besar,” ujar Budi di Jakarta, Jumat (21/3). Dikutip dari antaranews.com
Untuk mengatasi lonjakan harga, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berencana melakukan evaluasi bersama para pemangku kepentingan guna menstabilkan pasokan dan harga kelapa bulat.
“Kita akan duduk bersama dengan pihak industri, eksportir, dan petani untuk mencari solusi terbaik,” tambahnya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor kelapa bulat dari Indonesia pada periode Januari-Februari 2025 mencapai 71.077 ton. Tiongkok menjadi tujuan utama dengan jumlah impor sebesar 68.065 ton, diikuti oleh Vietnam (2.180 ton), Thailand (550 ton), dan Malaysia (280 ton).
Tren ekspor kelapa bulat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada 2021, total ekspor mencapai 431.841 ton dengan nilai 102,9 juta dolar AS. Sementara pada 2022, volume ekspor menurun menjadi 288.286 ton dengan nilai 65,6 juta dolar AS. Namun, pada 2023, ekspor kembali meningkat menjadi 380.883 ton dan bertambah pada 2024 menjadi 431.915 ton.
Saat ini, Indonesia mengekspor kelapa dalam 22 bentuk produk turunan, seperti kelapa bulat, bungkil, minyak kelapa, santan, kelapa parut, air kelapa, tepung, serbuk media tanam, gula kelapa, dan tempurung. Seluruh produk ini dapat diekspor tanpa perlu melalui perjanjian protokol bilateral dengan negara tujuan.