Inspirasi Bisnis

Kisah Pasangan Suami Isteri di Maros yang Sukses Menjalankan Usaha Jahit-Menjahit

USAHA MUSLIM, Maros – Membuka jasa jahit-menjahit adalah sebuah bisnis yang peluang usahanya masih luas dan menjanjikan.

Dari mana kita bisa mengetahui bahwa peluang dari menjalankan usaha satu ini sangat luas?

Dapat dilihat dengan sangat sederhana, yakni dari setiap orang yang masih membutuhkan pakaian.

Selama kehidupan ini masih berlangsung, selama itu pula manusia pasti membutuhkan pakaian, maka keberadaan tukang jahit pakaian juga masih dibutuhkan, dan itu artinya jahit-menjahit masih akan tetap berpotensi menjadi peluang usaha yang menjanjikan keuntungan.

Apalagi bukan hanya produk pakaian saja yang menggunakan jasa para penjahit untuk menjahitnya. Banyak produk lainnya yang dibuat dengan cara dijahit, seperti seprei kasur, sarung bantal, horden, taplak meja, celemek, dan banyak lagi yang lain.

Peluang usaha jasa jahit juga muncul dari banyaknya orang yang ingin permak dan memodifikasi pakaiannya.

Peluang inilah yang ditangkap oleh Rabi’ah Lodong bersama suaminya, yang tinggal di
Jl Rajawali Baniaga, Komp STAI DDI Maccopa, kabupaten Maros.

Tidak tanggung-tanggung, omzet yang diperoleh dari hasil menyelesaikan satu orderan jahitan, bisa mencapai puluhan juta rupiah.

“Kita pernah menerima orderan pembuatan horden untuk satu rumah berlantai dua, totalnya mencapai Rp 25 juta, meliputi horden pintu dan jendela, ada sekitar 20an lembar horden yang kami kerjakan ketika itu. Tarif kami termasuk murah bila dibandingkan di tempat lain. Meskipun murah, namun bahan yang kita gunakan tetap yang berkualitas bagus, “kata ibu dari tiga orang anak itu.

Rabi’ah mengakui, memang sudah sejak muda dirinya telah memiliki kemampuan dalam menjahit, orang tuanya adalah seorang penjahit pakaian, dan bakat itulah yang dia jadikan sebagai peluang usaha.

“Awal mula menggeluti kegiatan jahit menjahit ini sejak tahun 1999, ketika itu saya masih kuliah, sedang butuh-butuhnya uang untuk biaya kuliah, namun tidak ingin membebani orang tua, maka dengan memanfaatkan kemampuan menjahit, saya menjadi karyawan di salah satu usaha jahit milik isteri seorang ustadz. Tahun 2003 selesai kuliah, langsung menikah. Nah saat itulah saya serius menjalankan usaha jahit ini secara mandiri.” kata wanita asal Luwuk Banggai itu.

Dengan branding usaha eR-eL Jahit yang diambil dari namanya, Rabi’ah Lodong bersama suaminya kini telah memiliki 8 mesin jahit dengan berbagai fungsinya yang berbeda-beda, dari mesin obras, mesin jahit kencang, mesin neci, sampai mesin khusus untuk jahit pinggiran kain kaos.

Rabi’ah dan suaminya lalu berbagi tugas. Khusus untuk pakaian ditangani oleh dirinya, sedangkan suaminya khusus menghandle horden dan permak baju dan celana.

Permak pakaian ini dibutuhkan karena tidak setiap orang ketika membeli pakaian langsung pas dan cocok dengan ukurannya.

“Kalau untuk urusan permak pakaian, baju atau celana itu suami yang handle, dia lebih ahli daripada saya, untuk menyesuaikan ukuran pakaian dengan ukuran tubuh si pemilik pakaian.” ujar Rabi’ah memuji sang suami.

Memang peluang bisnis jahit akan terus bertahan. Ini dikarenakan, profesi sebagai tailor dibutuhkan oleh industri fashion dan juga dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Adapun tarif dari produk yang dikerjakan oleh jasa tukang jahit ini, menurut Rabi’ah tergantung dari kualitas bahan dan tingkat kerumitannya.

“Misalnya harga kainnya Rp 40.000 per meter, untuk baju orang dewasa, kita membutuhkan kain 3 meter, maka artinya kebutuhan kainnya adalah Rp 120.000, maka ongkos jahitnya Rp 95.000. Untuk jilbab yang hanya membutuhkan kain selebar 2,5 meter, ongkos jahitnya Rp 60.000. Untuk kain berkualitas bagus kita langsung pesan ke Solo, Adapun kalau pelanggan minta bahan kain yang biasa, di Maros dan Makassar juga banyak.” ungkapnya.

Jenis kain berkualitas bagus yang biasa dijadikan bahan jahitan di eR-eL Jahit, di antaranya Jetblack, Wollpeace, Fortaleza dan Sifon flat hijau. Kelebihan dari kain ini adalah warna hitamnya pekat, lembut dan anti kusut serta adem saat dipakai.

Dari usaha jasa jahit-menjahit ini, Rabi’ah dan suami memperoleh pemasukan dan penghasilan tambahan, di samping sang suami yang bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil.

“Saya sangat tidak respect kepada isteri-isteri yang mengeluhkan masalah ekonomi, lalu menyalahkan suami, padahal dia punya potensi untuk dikembangkan dan mendatangkan keuntungan.” imbuhnya.

Menurutnya, profesi sebagai seorang penjahit bahkan bisa dijadikan pekerjaan utama untuk menyambung hidup.

“Saya itu belajar jahit otodidak. Iya Alhamdulillah, usaha ini menjadi alternatif untuk bisa biayai hidup tanpa membebani orang tua, sekaligus bisa berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.” pungkas wanita ulet yang mengaku pernah menerima orderan jahitan dari Tual, Maluku itu. (UM)

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button