Kemen PUPR Dorong Pengelolaan Sampah Modern di Bekasi Lewat Program ISWMP

Bekasi — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggandeng Pemerintah Kabupaten Bekasi serta sejumlah kementerian dan lembaga untuk memperkuat pengurangan sampah melalui penerapan teknologi modern dalam program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP).
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Dewi Chomistriana, menyebut ISWMP sebagai solusi atas lonjakan volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Bekasi. “Program ini menjadi langkah konkret menjawab krisis sampah yang terus meningkat tiap harinya,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (10/7). Dikutip dari antaranews.com
ISWMP merupakan hasil sinergi antara Kementerian PUPR dengan Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kesehatan, serta Bank Dunia. Kolaborasi ini bertujuan membangun sistem pengelolaan sampah yang modern, inklusif, dan berkelanjutan.
Dewi menekankan, ISWMP tidak hanya sebatas proyek fisik, melainkan perubahan paradigma menyeluruh dalam tata kelola sampah. “Pendekatannya komprehensif, mulai dari aspek perencanaan, regulasi, hingga keterlibatan masyarakat secara aktif,” ujarnya.
Implementasi ISWMP di Bekasi berfokus pada lima pilar utama, termasuk penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah (RISPS), penguatan regulasi daerah, pelatihan SDM, mekanisme pembiayaan, serta pembangunan fasilitas modern seperti Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kertamukti.
TPST Kertamukti yang berlokasi di Desa Kertamukti, Cibitung, menjadi contoh nyata transformasi pengelolaan sampah. Dibangun di atas lahan seluas 6.000 meter persegi, fasilitas ini mampu mengolah hingga 50 ton sampah per hari dan melayani sekitar 80 ribu jiwa.
Fasilitas ini menghasilkan dua produk utama: Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif industri dan Material Daur Ulang (MDU) bernilai ekonomis. Tingkat residu hanya 11%, mendekati target Key Performance Indicator (KPI) maksimal sebesar 12%.
Biaya pengolahan pun tergolong efisien, yakni sekitar Rp260 ribu per ton, berkat penerapan sistem pengolahan mekanis dan biologis. Pemerintah Kabupaten Bekasi juga menjalin kerja sama dengan PT Indocement untuk memanfaatkan RDF sebagai pengganti batu bara dalam proses produksi.
Meski begitu, Dewi mengingatkan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah modern sangat bergantung pada pemilahan sampah dari sumbernya. “Kualitas input menentukan efisiensi mesin, biaya operasional, hingga hasil akhir olahan sampah,” tutupnya.