Jangan Jadi Pedagang yang Lalai

Jangan Jadi Pedagang yang Lalai – Perdagangan dan bisnis sering kali menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Namun, Islam mengingatkan agar aktivitas duniawi tidak melalaikan seorang Muslim dari kewajiban utamanya kepada Allah. Ayat ke-37 hingga 38 dari Surah An-Nur memberikan gambaran tentang kaum lelaki yang meski sibuk berdagang, tetap tidak pernah meninggalkan shalat, zakat, dan dzikir kepada Allah. Artikel ini akan membahas tafsir ayat tersebut secara mendalam, disertai pelajaran penting bagi umat Islam masa kini.
Makna QS. An-Nur Ayat 37-38
Firman Allah:
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An-Nur: 37-38)
Ayat ini menggambarkan keutamaan orang beriman yang tetap istiqamah dalam ibadah, meski kesibukan dunia menuntut perhatian besar. Mereka sadar bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, sedangkan akhirat adalah tujuan abadi.
Tafsir Ringkas QS. An-Nur: 37-38
1. Laki-laki yang memakmurkan masjid
Ayat ini menyebut “laki-laki” karena mereka yang diwajibkan menghadiri shalat berjamaah dan shalat Jumat di masjid. Sedangkan bagi wanita, shalat di rumah lebih utama, meski mereka tetap boleh hadir ke masjid jika tidak menimbulkan fitnah.
2. Tidak lalai karena perniagaan
Allah secara khusus menyebut perdagangan karena inilah aktivitas duniawi yang paling sering membuat manusia lupa ibadah. Kesibukan berjual-beli kerap menunda shalat, bahkan bisa membuat seseorang lupa kewajiban zakat. Ayat ini menjadi peringatan agar bisnis tidak menguasai hati hingga melalaikan Allah.
3. Mendirikan shalat tepat waktu
Makna mendirikan shalat bukan sekadar mengerjakannya, tetapi menjaga waktunya, melaksanakannya dengan khusyuk, serta lebih utama dilakukan secara berjamaah di masjid.
4. Membayar zakat
Seorang mukmin sejati tidak menunda kewajiban zakat ketika waktunya tiba. Mereka mengeluarkan harta dengan ikhlas, karena sadar zakat bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi bentuk penghambaan kepada Allah.
5. Takut pada hari kiamat
Ayat ini menegaskan bahwa mereka takut kepada hari di mana hati dan pandangan manusia terguncang hebat. Ketakutan ini bukan berarti lemah, melainkan cerminan kesadaran iman: mereka tidak merasa aman dari murka Allah dan selalu berharap ampunan-Nya.
Peringatan Allah dalam Al-Qur’an tentang Lalai dari Ibadah
Al-Qur’an berkali-kali menegaskan bahaya jika harta dan kesibukan melalaikan seorang mukmin.
- QS. Al-Munafiqun: 9 → “Hai orang-orang beriman! Janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah…”
- QS. Al-Jumu’ah: 9 → “Hai orang-orang beriman! Apabila diseru untuk shalat Jumat, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli…”
Ayat-ayat ini menunjukkan betapa Allah menginginkan seorang Muslim menjadikan ibadah sebagai prioritas utama, bahkan di tengah kesibukan bisnis.
Keutamaan Shalat Berjamaah bagi Laki-Laki
Rasulullah ﷺ menekankan pentingnya shalat berjamaah di masjid bagi laki-laki. Bahkan, beliau menyebut orang yang mendengar adzan namun tidak menghadiri masjid tanpa uzur, maka shalatnya tidak sempurna. Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ hampir membakar rumah orang-orang yang enggan hadir shalat berjamaah.
Ini menunjukkan bahwa bagi seorang Muslim, memenuhi panggilan adzan adalah bukti keimanan yang nyata.
Ancaman Bagi Pedagang yang Lalai
Profesi pedagang penuh dengan ujian:
- Godaan untuk berdusta,
- Bersumpah palsu,
- Menipu timbangan,
- atau menahan hak orang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya para pedagang akan dikumpulkan pada hari kiamat sebagai orang fajir, kecuali mereka yang bertakwa, berbuat baik, dan jujur.”
Maka, pedagang muslim harus menjadikan takwa sebagai benteng agar tetap selamat dari ancaman tersebut.
Teladan Para Sahabat dalam Berdagang
Para sahabat Nabi ﷺ tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi tidak pernah meninggalkan ibadah.
- Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini sebagai tidak terlalaikan dari shalat wajib.
- Imam Mathar bin Thahman meriwayatkan bahwa jika sahabat mendengar adzan sementara timbangan masih di tangannya, mereka langsung meletakkannya dan bergegas ke masjid.
- Abu Darda’ bahkan sengaja berdagang agar bisa menjadi bagian dari orang-orang yang dipuji dalam ayat ini, namun ia tetap menjaga shalat di masjid.
Cara Menghindari Lalai Saat Berdagang
Agar perdagangan tidak menjadi penghalang dari ketaatan, seorang Muslim bisa menerapkan beberapa langkah:
- Menjadikan adzan sebagai alarm hidup – begitu mendengar adzan, hentikan aktivitas duniawi.
- Membiasakan dzikir di sela-sela aktivitas – agar hati tetap terikat dengan Allah.
- Menyisihkan keuntungan untuk sedekah – Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa jual beli sering diwarnai hal sia-sia dan sumpah palsu, maka penawarnya adalah sedekah.
- Membangun kejujuran dalam bisnis – karena kejujuran adalah kunci keberkahan rezeki.
Balasan Bagi Orang yang Istiqamah
Allah menjanjikan tiga hal bagi mereka yang tidak lalai:
- Balasan yang lebih baik dari amal mereka – amal baik dilipatgandakan, sementara dosa diampuni.
- Karunia tambahan dari sisi Allah – berupa pahala dan kemuliaan yang tidak terhitung.
- Rezeki tanpa batas – bukan hanya berupa harta, tetapi juga keberkahan hidup, ketenangan hati, dan kemuliaan di akhirat.
Pelajaran Penting dari Ayat Ini
- Seorang Muslim harus menempatkan Allah di atas urusan dunia.
- Shalat berjamaah di masjid adalah kewajiban bagi laki-laki, kecuali ada uzur.
- Perdagangan bisa menjadi ujian besar, sehingga dibutuhkan kejujuran dan takwa.
- Hari kiamat adalah realitas yang harus ditakuti, sehingga amal baik harus selalu diutamakan.
- Allah menjanjikan pahala besar bagi mereka yang tidak lalai dari ibadah meski sibuk berdagang.
Kesimpulan
QS. An-Nur ayat 37-38 menjadi pedoman penting bagi umat Islam, khususnya kaum laki-laki yang beraktivitas dalam dunia perdagangan. Ayat ini mengingatkan bahwa bisnis, harta, dan kesibukan dunia tidak boleh melalaikan kita dari dzikir, shalat, dan zakat.
Para sahabat telah memberikan teladan bagaimana tetap bisa berdagang tanpa kehilangan kesempatan untuk taat kepada Allah. Maka, bagi pedagang Muslim masa kini, penting untuk menjadikan bisnis sebagai jalan menuju keberkahan, bukan penghalang dari ibadah.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang dipuji Allah dalam ayat ini: orang-orang yang tidak pernah lalai dari mengingat-Nya, meski dunia sibuk menggoda.