Harga Emas Antam Anjlok Rp177 Ribu per Gram, Terendah Sepanjang Sejarah: Dolar AS Menguat, Investor Ambil Untung

Jakarta — Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengalami penurunan tajam hingga Rp177.000 per gram menjadi Rp2.310.000 per gram pada Rabu (22/10). Penurunan signifikan ini dipicu oleh melemahnya harga emas dunia yang tertekan penguatan Dolar AS serta aksi ambil untung (profit taking) para investor global.
Pada perdagangan internasional Selasa (21/10), harga emas dunia sempat menyentuh rekor tertinggi di level US$ 4.380 per troy ounce, sebelum akhirnya jatuh tajam. Tekanan jual muncul seiring penguatan Indeks Dolar AS (DXY) yang kini mendekati 98,84, level tertinggi dalam sepekan. Dolar yang menguat selama tiga hari berturut-turut terhadap enam mata uang utama menjadi faktor utama pelemahan harga emas.
Selain faktor teknikal, pelemahan juga didorong oleh menurunnya permintaan fisik emas di pasar global. Optimisme baru terhadap hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok turut meningkatkan selera risiko investor, yang kemudian beralih ke aset-aset berisiko seperti saham.
Menurut Analis Dupoin, Andy Nugraha, tekanan jual semakin kuat secara teknikal. “Formasi candlestick harian dan indikator Moving Average (MA) menunjukkan tren jangka pendek XAU/USD kini berada dalam fase bearish, dengan potensi pelemahan menuju area psikologis US$ 4.000 per troy ounce,” jelasnya. Dikutip dari detik.com
Namun Andy menambahkan, apabila harga emas dunia gagal menembus level tersebut, koreksi teknikal bisa terjadi dengan potensi kenaikan ke area US$ 4.183.
Penurunan harga emas global ini berdampak langsung pada harga emas di Indonesia. Berdasarkan laman resmi Logam Mulia Antam, harga emas domestik mengikuti pergerakan harga internasional dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Karena itu, fluktuasi kurs menjadi faktor penentu naik-turunnya harga emas dalam negeri.
Andy mengingatkan, ketidakpastian global masih tinggi. “Retorika politik yang berubah-ubah dan negosiasi dagang yang belum stabil membuat pasar tetap waspada. Emas tetap menjadi aset lindung nilai penting di tengah risiko ekonomi dan geopolitik yang masih besar,” ujarnya.
Meskipun tren jangka pendek menunjukkan pelemahan, prospek jangka menengah emas dinilai tetap positif. Kebijakan moneter longgar, ketegangan geopolitik, dan ketidakpastian fiskal AS diperkirakan akan terus menopang daya tarik emas sebagai instrumen safe haven hingga akhir tahun.