Kisah Inspiratif

Sukses dari Modal Rp60 Ribu: Kisah Mantan Kuli Pemilik Abon Gandem Marem

 

Kisah Inspiratif  Abon Gandem Marem – Pernah nggak sih kamu berpikir kalau modal Rp60 ribu bisa jadi awal lahirnya bisnis besar? Jujur, dulu saya juga skeptis. Tapi semua berubah setelah saya mendengar cerita Urip Sunario—mantan kuli bangunan yang berhasil membangun Gandem marem, brand abon sapi premium yang sekarang laris manis di Magelang sampai Jogja.

Cerita ini nggak cuma tentang bisnis. Ini tentang keberanian, ketekunan, dan cinta keluarga yang jadi pondasi sebuah usaha. Yuk, saya ajak kamu menyelami kisahnya sambil kita ambil pelajaran berharga untuk hidup (dan mungkin bisnis) kita sendiri.

Dari Kuli Bangunan ke Pabrik Abon: Awal yang Pahit Manis

Bayangin tahun 1989. Urip Sunario bekerja sebagai tukang batu. Hidup pas-pasan, kerja keras di bawah terik matahari. Tahun 1992, ia banting setir jadi pekerja di pabrik abon. Tapi perjalanan itu nggak mulus—fitnah datang bertubi-tubi. Urip dituduh mencuri uang hingga akhirnya kehilangan pekerjaan.

Kalau kamu di posisi beliau, mungkin sudah menyerah. Tapi Urip dan istrinya memilih jalan lain. Dengan uang terakhir Rp60 ribu, mereka memulai usaha abon rumahan.

Awalnya? Ya, super sederhana. Mereka keliling kampung naik sepeda tua menjajakan abon. Produksi? Cuma 3 kg per hari. Tapi siapa sangka dalam setahun, produksi mereka melejit jadi 50 kg/hari.

Pelajaran buat kita: Jangan pernah remehkan langkah kecil. Konsistensi adalah kunci.

Estafet Semangat: Anak Turut Membantu

Fast forward ke beberapa tahun kemudian. Muhammad Irfan Setiawan, anak Urip, memilih nggak lanjut kuliah demi membantu usaha keluarga.

“Pak, aku ikut bantu usaha aja. Belikan aku kerobak ya,” katanya waktu itu.

Itu jadi titik balik kedua Gandem marem. Dengan semangat muda, Irfan membawa ide-ide segar. Ia membangun sistem manajemen, memperbaiki operasional, hingga membuat branding premium untuk Gandem marem.

Dan hasilnya? Boom! Penjualan Gandem marem semakin melejit.

Branding Premium: Kunci Menguasai Pasar Abon

Kalau kamu lihat di pasaran, abon itu banyak banget. Tapi Gandem marem punya ciri khas: warna kuning cerah di kemasannya, logo simpel tapi elegan, dan positioning sebagai abon premium tanpa MSG.

Menurut Irfan, visual identity ini bukan sekadar kosmetik. Ini strategi untuk membuat konsumen ingat dan merasa bangga saat beli Gandem marem. Dan benar saja, mereka berhasil “menggeser” beberapa produk abon yang sudah lebih dulu ada di pasaran.

Pelajaran buat kita: Di dunia bisnis (dan personal branding), tampilan itu penting. Pertama yang dilihat orang adalah “bungkusnya.”

Dari Produksi Manual ke Teknologi Modern

Awalnya, semua proses produksi Gandem marem serba manual. Penirisan minyak butuh 15–20 menit. Sekarang? Berkat mesin spinner, proses itu hanya butuh 3 detik!

Setiap hari, mereka memproduksi hingga 100 kg abon ayam dan 90 kg abon sapi. Semua bahan dipastikan fresh—daging sapi boneless nomor satu, bumbu-bumbu segar seperti bawang, sereh, dan daun salam.

Proses produksi Gandem marem memakan waktu dua hari per batch. Hari pertama untuk penyiapan dan pengolahan, hari kedua untuk penggorengan dan packing.

Jalur Distribusi Online-Offline yang Kuat

Gandem marem memanfaatkan dua jalur distribusi:

Offline: Produk tersedia di toko oleh-oleh ternama seperti Bakpia Tugu Jogja dan beberapa swalayan di Magelang-Jogja.
Online: Kamu bisa beli di Shopee, Tokopedia, bahkan TikTok Shop dengan username @gandemmarem.

 

Keunggulan Gandem marem: Non-MSG dan Resep Tradisional

Di era konsumen yang makin peduli kesehatan, Gandem marem hadir dengan abon non-MSG. Mereka juga mempertahankan resep tradisional yang membuat cita rasa abon ini autentik dan istimewa.

Varian rasanya?
-Original
-Bawang
-Pedas

Semua tersedia dalam berbagai ukuran, mulai 100 gr hingga 250 gr.

Visi Besar: Jadi Ikon Oleh-Oleh Magelang & Jogja

Gandem marem nggak puas hanya jadi pemain lokal. Mereka ingin brand ini jadi ikon oleh-oleh Magelang dan Jogja. Irfan berharap suatu hari nanti, setiap orang yang datang ke Magelang atau Jogja akan selalu ingat membawa pulang Gandem marem.

“Kami ingin Gandem marem jadi rasa yang melekat di ingatan orang-orang,” ujar Irfan.

Pelajaran Berharga dari Kisah Gandem marem

Dari cerita ini, saya belajar tiga hal:

  1. Jangan menyerah saat terjatuh. Ujian bukan akhir, tapi pintu untuk awal baru.
  2. Mulai dari apa yang ada. Rp60 ribu pun cukup jika ada tekad.
  3. Pentingnya kolaborasi keluarga. Ketika satu visi, hasilnya luar biasa.

 

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button