Industri Mainan Anak Indonesia Cetak Surplus Ekspor 5 Tahun Berturut, Ekspor ke AS Tembus US$ 610 Juta

Jakarta – Industri mainan anak Indonesia mencatat kinerja gemilang dengan surplus neraca ekspor selama lima tahun berturut-turut. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan apresiasinya atas ketahanan dan daya saing sektor ini di tengah tekanan ekonomi global yang semakin kompetitif.
“Ini membuktikan ketangguhan industri manufaktur Indonesia di kancah internasional. Di tengah disrupsi ekonomi, sektor ini tetap mampu mencetak prestasi,” ujar Agus dalam seremoni pelepasan ekspor mainan anak oleh PT Royal Regent Indonesia (RRI), Jumat (2/6). Dikutip dari detik.com
PT RRI yang berlokasi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, merupakan bagian dari Walden Toys Group asal Hong Kong. Sejak mulai beroperasi penuh pada November 2023, perusahaan ini telah mengekspor produknya ke pasar Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, dan sejumlah negara Eropa. Produk yang diekspor antara lain kursi mainan anak, baju boneka, dan traktor mainan.
Terbaru, PT RRI mengirimkan enam kontainer ke AS dengan nilai ekspor sebesar US$ 688.662 atau setara Rp 11 miliar. Sejak beroperasi, total ekspor yang dicatatkan perusahaan ini telah mencapai US$ 28 juta. Perusahaan juga memasok produk mainan untuk merek ternama seperti Target, Disney, dan Walmart, dengan kapasitas produksi mencapai 850.000 unit per bulan dan tenaga kerja hingga 1.700 orang saat musim puncak.
Agus menambahkan, ekspor industri mainan anak nasional pada 2024 tercatat senilai US$ 610 juta, meningkat 13,8% dibanding tahun sebelumnya. AS menjadi negara tujuan utama dengan porsi 48% dari total ekspor mainan Indonesia, diikuti Inggris, Singapura, Tiongkok, dan Jerman.
“Produk mainan buatan Indonesia menyumbang 2% atau US$ 289 juta dari total impor mainan AS pada 2024. Produk unggulan meliputi boneka, mainan berbahan lunak (stuffed toys), mainan blok, serta mainan skala atau model,” terang Agus.
Ia berharap industri mainan anak nasional terus memperluas pasar, meningkatkan nilai ekspor, dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi inklusif.