Berita

Perusahaan di Indonesia Hadapi Risiko Besar dari Lonjakan Dark Data

Jakarta — Perusahaan di Indonesia tengah dihadapkan pada persoalan serius akibat meningkatnya volume dark data atau data yang tersimpan namun belum dimanfaatkan secara optimal. Survei Hitachi Vantara State of Data Infrastructure 2025 mencatat, 24 persen responden IT di Indonesia mengakui data mereka masuk kategori dark data. Angka ini lebih dari dua kali lipat rata-rata global yang hanya 10 persen.

Dark data sejatinya menyimpan peluang besar untuk menggali wawasan bisnis. Namun, di saat yang sama, keberadaannya memicu risiko tambahan, mulai dari biaya penyimpanan yang tinggi, persoalan kepatuhan regulasi, hingga potensi celah keamanan.

Survei yang melibatkan 50 responden di Indonesia dari total 1.200 responden global itu juga menyingkap persoalan lain: rendahnya kepercayaan dan ketersediaan data. Hanya 14 persen responden di Indonesia yang menyebut data mereka dapat diakses ketika dibutuhkan, dan hanya 6 persen yang mempercayai hasil keluaran model kecerdasan buatan (AI).

“Organisasi yang menempatkan tata kelola data dan analitik sebagai prioritas berada dalam posisi lebih baik untuk berinovasi sekaligus menjaga daya saing di tengah lanskap digital yang terus berubah,” ujar Ming Sunadi, Country Managing Director Indonesia, Hitachi Vantara, dalam keterangan resmi, Rabu (27/8/2025). Dikutip dari kompas.com

Seiring perkembangan teknologi, laporan tersebut memproyeksikan investasi AI di Indonesia akan melonjak hingga 124 persen. Kebutuhan penyimpanan data juga diperkirakan naik 29,6 persen dalam dua tahun ke depan, mengikuti derasnya pertumbuhan data yang menuntut solusi aman, terukur, dan mudah diakses.

Meski adopsi AI kian meluas, kekhawatiran soal keamanan masih membayangi. Sebanyak 50 persen responden mengaku cemas akan kehilangan data akibat kesalahan internal AI, 39 persen khawatir terkena sanksi regulator akibat kebocoran data, sementara 32 persen mengkhawatirkan risiko serangan siber berbasis AI.

“Kolaborasi dengan mitra ekosistem yang terpercaya sangat penting untuk mengatasi kompleksitas integrasi AI dan manajemen siklus hidup data,” kata Sony Chahyadi, Enterprise Solutions Consultant Lead, Hitachi Vantara.

Adapun dalam pola adopsi AI, mayoritas perusahaan Indonesia mengombinasikan berbagai model. Sebanyak 74 persen memanfaatkan model AI gratis atau open source, sementara 62 persen lainnya menggunakan solusi berbayar. Strategi ini dinilai sebagai upaya menyeimbangkan efisiensi biaya dengan kebutuhan kustomisasi.

Para ahli menegaskan, dengan proyeksi meningkatnya kebutuhan penyimpanan data dan pemanfaatan AI, perusahaan di Indonesia dituntut memperkuat tata kelola data. Langkah ini diyakini mampu mengubah tantangan dark data menjadi peluang untuk mendukung efisiensi operasional sekaligus menjaga daya saing di era digital.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button