PendidikanStory

Rumah Qur’an Ath Thahirah: Menyalakan Cinta Al-Qur’an di Sudut Kota Parepare

Didirikan oleh Ustadzah Heryani Tahir, rumah tahsin ini menjadi harapan baru bagi ummahat untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an dan mengamalkan sunnah dalam kehidupan sehari-hari.

Parepare — Di sebuah tempat sederhana di Jalan Garuda no.2 Blok G, Perumnas Parepare, suara pelan dan tertatih-tatih lantunan ayat suci terdengar hampir setiap hari. Suara itu bukan dari para santri kecil yang biasa kita lihat di pesantren, melainkan dari para ibu rumah tangga, lansia, hingga remaja putri. Mereka datang satu per satu, membawa harapan besar: ingin bisa membaca Al-Qur’an dengan benar.

Di balik suasana hangat itu, berdirilah sosok yang tak asing bagi banyak perempuan Parepare yang ingin belajar Al-Qur’an—Ustadzah Heryani Tahir, pendiri Rumah Qur’an Ath Thahirah, yang sejak 2019 telah mendedikasikan waktunya untuk membimbing masyarakat memperbaiki bacaan dan memahami tajwid.

“Banyak dari kita yang bisa membaca, tapi belum tentu benar dalam pengucapan huruf. Apalagi memahami tajwid,” ujar Ustadzah Heryani saat ditemui di sela-sela halaqah tahsinnya. “Tujuan kami sederhana: memberantas buta huruf Al-Qur’an, terutama di kalangan ummahat.”

Lahir dari Kebutuhan, Tumbuh Bersama Harapan

Ath Thahirah lahir dari kepedulian mendalam terhadap kondisi umat, terutama kaum perempuan yang ingin belajar membaca Al-Qur’an dengan benar namun tidak memiliki akses atau tempat yang mendukung.

Dibuka pertama kali dengan peserta sekitar 10 ibu-ibu, Rumah Qur’an Ath Thahirah sempat menjangkau anak-anak pada tahun 2020. Namun sejak 2021 hingga kini, fokus pengajaran kembali diperuntukkan khusus bagi kalangan ummahat usia 17 hingga 60 tahun.

Kini, lebih dari 30 peserta aktif mengikuti tahsin yang dibagi dalam tiga halaqah kecil. Program belajarnya pun terstruktur: dimulai dari Metode Cahayaku jilid 1-4, pelajaran tajwid, gharib, hingga tahfidz juz 30. Selain itu, ada pula kajian fikih wanita yang rutin diadakan sebulan sekali bersama Ustadz Budi Harianto, Lc.

Tidak Sekadar Membaca

Rumah Qur’an ini tidak hanya mengajarkan teknik membaca, tapi juga mengakar pada nilai-nilai adab dan semangat mengamalkan Al-Qur’an dan sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, belajar bukan semata mengejar kemampuan, tetapi juga pembentukan karakter Islami.

“Kami tekankan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Al-Qur’an bukan sekadar dibaca, tapi harus dihayati, dipahami, dan diamalkan,” tegas Heryani.

Jalan yang Tidak Mudah

Mengelola rumah tahsin tentu tidak tanpa tantangan. Salah satu yang paling dirasakan adalah gangguan suara dari luar yang mengganggu konsentrasi peserta. “Kadang suara motor atau musik tetangga membuat kita sulit fokus. Kami sangat butuh ruang belajar yang kedap suara,” ungkapnya.

Keterbatasan fasilitas, seperti kurangnya kursi lipat untuk lansia, juga menjadi perhatian. Selain itu, tantangan dari dalam masyarakat juga muncul, seperti adanya perbedaan pandangan manhaj yang membuat sebagian peserta tidak istiqamah.

“Kadang masyarakat merasa ilmu harus datang ke mereka, bukan mereka yang datang menjemput ilmu. Padahal keutamaan menuntut ilmu itu luar biasa jika dilakukan dengan sungguh-sungguh,” tutur Heryani.

Mengabdi Lewat Cinta

Didukung oleh para muhsinin dan donatur yang dikoordinir oleh Yayasan Pendidikan Islam Ibnul Qayyim Sudiang Makassar, Rumah Tahsin Ath Thahirah terus berusaha eksis di tengah keterbatasan. Bagi Heryani, ini bukan sekadar kegiatan, tapi panggilan jiwa.

“Saya tidak ingin ada satu pun ummahat di sekitar kita yang meninggal dalam keadaan belum bisa membaca Al-Qur’an. Ini bentuk cinta kami kepada Al-Qur’an, dan kepada umat,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Catatan Redaksi:

Bagi Anda yang ingin berdonasi untuk mendukung fasilitas belajar. Bisa  menghubungi 085287065617. Dan bisa langsung menyalurkan di Rekening BSI 7089701877 atas nama Heryani Tahir.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button