Digital Marketing

Stop Jualan Terus di Medsos, Bangun Hubungan Dulu!

Strategi Media Sosial – Beberapa tahun lalu, saya pikir semakin sering promosi di media sosial, makin tinggi peluang orang beli. Jadi saya rajin banget upload foto produk, harga, diskon, testimoni, bahkan sering bikin caption panjang tentang keunggulan produk saya.

Feed Instagram saya waktu itu isinya cuma promosi. Literally.
Dari atas sampai bawah, semuanya kayak etalase toko. Saya pikir, kalau orang sering lihat produk saya, mereka akan penasaran dan akhirnya beli.

Tapi kenyataannya? Sepi.

Like cuma 5 biji, itupun dari teman sendiri. Komentar gak ada. DM? Lebih banyak spam daripada calon pembeli. Bahkan ada teman yang bilang, “Akun kamu sekarang isinya jualan semua, bosen deh liatnya.”

Jujur, saya sempat ngerasa down. Saya udah usaha keras, tapi hasilnya nihil.

Ternyata Media Sosial Itu Bukan Toko, Tapi Tempat Ngobrol

Setelah ikut kelas online dan baca-baca dari pakar digital marketing, saya mulai sadar satu hal penting:
Orang datang ke media sosial bukan buat belanja. Mereka datang buat hiburan, cari info, atau sekadar numpang scroll.

Media sosial itu kayak warung kopi digital. Orang ke sana buat ngobrol, ketawa, nyari inspirasi — bukan buat liat iklan setiap lima menit.

Bayangin aja kalau kamu lagi nongkrong di warung, terus tiap lima menit ada orang nyodorin brosur dan nawarin promo. Lama-lama kamu males, kan? Nah, itulah yang saya lakukan ke followers saya waktu itu.

Dan itu juga kenapa mereka kabur pelan-pelan.

Saya Ubah Cara Main: Dari Ngiklan ke Ngobrol

Mulai saat itu, saya memutuskan untuk berhenti jualan setiap hari. Saya mulai belajar bikin konten yang sifatnya ngobrol, bukan promosi.

Saya cerita pengalaman saya bangun usaha dari nol — termasuk bagian yang gagal. Saya posting behind the scenes, dari packing produk sampai proses produksi.
Kadang saya juga berbagi tips ringan, misalnya:

  • “Cara menyimpan produk biar gak cepat basi”
  • “Kesalahan yang saya lakukan waktu pertama kali buka online shop”
  • “Reaksi kocak pelanggan waktu pertama kali nyoba produk saya”

Dan yang paling bikin saya terharu, followers mulai aktif. Mereka gak cuma like, tapi juga mulai komentar:

“Wah, relatable banget!”
“Kak, aku juga pernah ngalamin hal yang sama.”
“Boleh tau supplier-nya di mana gak?”

Obrolan-obrolan kecil ini perlahan membangun kedekatan.
Dan dari sana… penjualan mulai masuk.

Tanpa saya sadari, saya udah bikin orang percaya dulu, baru jualan. Bukan sebaliknya.

Bangun Relasi Dulu, Closing Akan Datang Sendiri

Di titik itu saya sadar: jualan di medsos bukan soal teknik promosi, tapi soal membangun relasi.

Ketika orang merasa dekat, nyaman, dan percaya sama kita, mereka gak butuh dipaksa beli. Mereka akan beli dengan sendirinya.
Dan bukan cuma sekali. Mereka balik lagi.
Bahkan mereka jadi “sales” gratis karena cerita ke teman-temannya.

Satu hal yang selalu saya pegang sampai sekarang:

“People don’t buy products. They buy from people they like and trust.”

Kalau Kamu Masih Posting Jualan Tiap Hari…

Saya paham, kamu mungkin mikir,

“Lah, kalau gak jualan, terus gimana dapet uangnya?”

Tenang. Saya gak bilang kamu gak boleh promosi sama sekali. Promosi tetap penting. Tapi jangan jadi satu-satunya isi kontenmu.
Beri jeda. Sisipkan konten yang bikin orang merasa “nyambung” sama kamu.

Coba deh:

  • Ceritakan alasan kamu memulai usaha
  • Tunjukkan proses pembuatan produk kamu
  • Ajak followers ikut polling desain kemasan
  • Bikin konten edukasi atau tips bermanfaat

Ingat, media sosial itu bukan koran iklan. Ini tempat orang mencari koneksi dan interaksi. Kalau kamu bisa jadi “teman ngobrol” yang asik, followers-mu akan lebih loyal — dan mereka sendiri yang akan datang untuk beli.

Penutup

Dulu saya kira media sosial itu tempat cari cuan. Tapi sekarang saya tahu, medsos adalah tempat membangun hubungan, bukan cuma membagikan harga.

Dan percaya deh, ketika kamu fokus membangun hubungan yang tulus dengan audiensmu, penjualan akan jadi efek samping yang alami.

Jadi kalau kamu lagi frustrasi karena jualanmu di media sosial gak laku-laku, mungkin saatnya kamu berhenti sejenak… dan mulai ngobrol.

 

 

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button