QRIS Jadi Pintu Masuk Transformasi Digital UMKM, BI Dorong Strategi Korporatisasi

Jakarta – Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dinilai menjadi pintu masuk strategis dalam percepatan transformasi digital sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Filianingsih Hendarta, menyebut kehadiran QRIS telah membuka akses luas bagi pelaku UMKM untuk terhubung dengan sistem pembayaran digital.
“QRIS ini bisa menjadi entry point bagi UMKM dalam ekosistem ekonomi keuangan digital,” ujar Filianingsih dalam pembukaan talkshow UMKM pada gelaran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 di Jakarta, Kamis (7/8). Dikutip dari antaranews.com
Menurutnya, QRIS memungkinkan pelaku UMKM menerima pembayaran non-tunai tanpa memerlukan perangkat tambahan yang rumit. Adopsi teknologi ini juga terbukti meningkatkan volume transaksi dan profitabilitas usaha, terlebih di tengah tren masyarakat—khususnya generasi muda—yang lebih mengandalkan dompet digital.
“Dengan menyediakan alternatif pembayaran, QRIS mendorong kenaikan transaksi, baik online maupun offline. Dampaknya positif terhadap pendapatan usaha, dan ini sudah terbukti,” katanya.
Lebih jauh, Filianingsih menjelaskan bahwa transaksi yang tercatat melalui QRIS dapat membantu membentuk profil keuangan UMKM. Profil ini penting untuk mempermudah akses pembiayaan ke lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank.
Bank Indonesia mencatat, hingga semester I-2025, transaksi QRIS mencapai 6,05 miliar kali dengan nilai Rp579 triliun. QRIS kini digunakan oleh 57 juta pengguna dan 39,3 juta merchant, di mana 93,16 persen di antaranya adalah UMKM.
Peran UMKM dan Tantangan Struktural
Filianingsih menekankan, UMKM bukan sekadar tulang punggung ekonomi nasional, tetapi juga pilar pemerataan kesejahteraan dan inklusi ekonomi. Namun, kontribusi sektor ini dinilai masih belum optimal akibat sejumlah tantangan struktural.
“UMKM masih menghadapi keterbatasan akses pembiayaan, rendahnya digitalisasi, minimnya integrasi dengan rantai pasok industri, hingga kelembagaan dan legalitas usaha yang belum kuat,” jelasnya.
Banyak pelaku UMKM tetap berada di sektor informal karena keterbatasan modal, sumber daya manusia, dan pemahaman terhadap regulasi. Untuk itu, Bank Indonesia mendorong pendekatan korporatisasi sebagai solusi jangka panjang.
“Dengan korporatisasi, kita ingin memperkuat kelembagaan UMKM, membentuk skala ekonomi, memperluas akses pasar dan pembiayaan, serta meningkatkan daya saing,” ungkap Filianingsih.
Dukungan BI untuk UMKM
Sebagai bank sentral, BI mendukung transformasi UMKM melalui tiga strategi utama: korporatisasi, peningkatan kapasitas, dan perluasan akses pembiayaan. Salah satu inisiatif konkret yang diangkat adalah pembentukan klaster unggulan UMKM, khususnya di sektor pangan strategis untuk menjaga stabilitas inflasi.
“Sering kali orang bertanya, kenapa BI ikut membina UMKM? Karena kami punya tiga mandat: kestabilan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Pembinaan UMKM merupakan bagian dari strategi untuk mendukung ketiganya,” tegasnya.
KKI 2025: Usung Kearifan Lokal NTT
Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 diselenggarakan Bank Indonesia pada 7–10 Agustus di Jakarta International Convention Center (JICC). Pameran ini menampilkan 362 UMKM binaan BI hasil kurasi bersama delapan kementerian/lembaga, serta 1.100 UMKM yang berpartisipasi secara daring melalui www.karyakreatifindonesia.co.id.
Produk unggulan yang ditampilkan mencakup wastra, kriya, kopi, makanan olahan, hingga produk ramah lingkungan. Tahun ini, KKI mengangkat Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai tema utama dengan filosofi lokal #KalalaMareda, yang berarti “kreasi dalam kebersamaan”.
Melalui KKI 2025, BI menargetkan peningkatan dampak nyata, khususnya dalam hal business matching ekspor, akses pembiayaan, serta keterlibatan masyarakat secara lebih luas.