Program Makanan Bergizi Gratis Dimulai 2025, Industri Susu Lokal Siap Dukung

USAHAMUSLIM, Jakarta – Pemerintah akan meluncurkan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada Januari 2025, dengan target awal 3 juta anak penerima manfaat. Selain makanan, program ini juga mencakup kebutuhan susu sebagai minuman pendamping, dengan anggaran mencapai Rp 14 triliun.
Namun, mampukah kapasitas industri susu dalam negeri memenuhi kebutuhan besar ini?
Menurut Bhima Yudhistira, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), industri susu lokal sebenarnya mampu mendukung program MBG, terutama di daerah yang dekat dengan lokasi peternakan. Ia menekankan pentingnya memprioritaskan susu lokal dibandingkan impor.
“Industri susu Tanah Air sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan MBG di daerah sekitar lokasi peternakan. Dibandingkan harus impor susu, lebih baik ketersediaan susu lokal diprioritaskan,” kata Bhima pada Sabtu (21/12/2024). Dikutip dari detikcom
Solusi untuk Distribusi Susu
Bhima menyarankan agar vendor penyedia jasa MBG mengambil susu langsung dari koperasi atau peternak lokal. Langkah ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan 40% pengadaan barang dan jasa melibatkan usaha mikro, kecil, dan koperasi.
“Tata kelola pengadaan barang dan jasa dapat diarahkan ke susu lokal. Dengan begitu, dampaknya akan langsung dirasakan oleh peternak susu kita,” tambahnya.
Untuk daerah yang sulit dijangkau oleh logistik susu, Bhima mengusulkan penggantian susu dengan sumber protein lain, seperti ikan laut atau produk perikanan, yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak.
“Sekolah di daerah pesisir bisa menggunakan ikan laut sebagai alternatif. Kandungan gizi adalah yang paling penting, meskipun menunya bisa berbeda sesuai dengan ketersediaan sumber protein lokal,” jelasnya.
Risiko Impor Susu
Bhima juga mengingatkan bahaya ketergantungan pada impor susu sapi. Menurutnya, kebijakan impor berpotensi melemahkan peternakan lokal, memicu defisit perdagangan, dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit hewan.
“Impor susu sapi harus hati-hati. Jika tidak, usaha peternak lokal bisa terganggu, devisa negara tergerus, dan ada risiko penularan penyakit dari negara asal impor,” tandas Bhima.
Dengan fokus pada pemanfaatan potensi lokal, program MBG diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi anak-anak penerima, tetapi juga memperkuat ekosistem ekonomi peternakan dan produksi susu dalam negeri.