Berita

Banyuwangi Jadi Pelopor Industrialisasi Beras Biofortifikasi Terpadu di Indonesia

Banyuwangi – Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mencatatkan langkah inovatif sebagai daerah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mengembangkan ekosistem industrialisasi beras biofortifikasi secara menyeluruh, dari hulu ke hilir. Produk unggulan yang dikembangkan, bernama Sun Rice of Java Banyuwangi atau Sunwangi, diharapkan menjadi tonggak baru dalam produksi pangan bernutrisi nasional.

Beras biofortifikasi merupakan jenis beras hasil pengembangan benih padi yang diperkaya kandungan nutrisinya. Beras ini mengandung sejumlah vitamin dan mineral penting seperti vitamin A, B1, B3, B9 (asam folat), B12, zat besi, dan zinc, yang berguna untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat.

CEO Pandawa Agri Indonesia (PAI), Kukuh Roxa Putra, menjelaskan bahwa Banyuwangi menjadi pelopor dalam membangun ekosistem kolaboratif untuk industrialisasi beras biofortifikasi. “Pemkab Banyuwangi menjadi satu-satunya yang mengembangkan ekosistem ini secara menyeluruh dari hulu ke hilir,” ujarnya, Jumat (21/6). Dikutip dari antara.news

Ekosistem Sunwangi merupakan hasil kolaborasi multipihak: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai inisiator dan koordinator; Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pengembang benih dan mitra riset; PAI sebagai penyedia teknologi pertanian regeneratif; Bulog sebagai pembeli utama; Bank Indonesia sebagai pendukung pembiayaan inklusif; serta ratusan petani lokal sebagai pelaku utama di lapangan.

Menurut Kukuh, pendekatan dari hulu mencakup pemilihan benih biofortifikasi unggul, budi daya dengan intervensi teknologi melalui 10 tahapan budidaya padi, serta pendampingan intensif oleh tim teknis PAI. Hasil panen petani kemudian langsung diserap oleh Bulog dengan harga menguntungkan, sehingga menciptakan stabilitas pendapatan bagi petani.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menekankan bahwa ekosistem ini berbasis kolaborasi, pemanfaatan teknologi, dan data. “Selain menghasilkan beras bernutrisi berkualitas dengan harga terjangkau, sistem ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Ipuk.

Ipuk menambahkan, petani Banyuwangi kini tidak hanya mengakses teknologi pertanian dari para ahli, tetapi juga mendapatkan kepastian pasar dengan harga yang adil. Inisiatif ini, menurutnya, merupakan contoh nyata bagaimana pendekatan inovatif dan kolaboratif mampu mendorong pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button