Wali Kota Makassar Tinjau Proyek PSEL Senilai Rp3 Triliun, Siap Undang Kontraktor untuk Presentasi Progres

Makassar – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menaruh perhatian serius terhadap kelanjutan Proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL), yang digadang-gadang sebagai solusi atas krisis sampah kota. Baru-baru ini, Munafri bertemu langsung dengan perwakilan Shanghai SUS Environment, perusahaan asal Tiongkok yang memenangkan tender proyek strategis nasional tersebut.
Pertemuan itu berlangsung di Jakarta, sebagai bagian dari langkah Wali Kota untuk mendalami lebih lanjut skema dan perkembangan proyek senilai Rp3 triliun tersebut.
“Kita ingin tahu secara detail seperti apa arah proyek ini, apalagi ada aturan baru yang akan segera diberlakukan,” ungkap Munafri kepada awak media, Kamis (17/4/2025).
Munafri menyebutkan, kewenangan pengelolaan proyek PSEL kini telah mengalami perubahan, tidak lagi berada di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), sehingga perlu ada penyesuaian kebijakan sebelum melangkah lebih jauh.
Akan Undang Konsorsium Presentasi Rencana Proyek
Sebagai tindak lanjut, Munafri berencana mengundang konsorsium pemenang tender untuk mempresentasikan rencana pembangunan PSEL secara menyeluruh. Hal ini dilakukan demi memastikan proyek berjalan transparan dan sesuai dengan kebutuhan kota.
“Kita akan lihat nanti, kita akan panggil tim dan undang mereka untuk mempresentasikan seperti apa rencananya. Lanjut atau tidak, kita putuskan setelah semua jelas,” tambahnya.
PSEL Jadi Solusi Krisis Sampah di Makassar
Munafri menilai proyek PSEL sangat dibutuhkan Makassar yang kini menghadapi situasi darurat sampah. Kehadiran fasilitas ini diharapkan bisa mengubah sampah rumah tangga menjadi energi terbarukan dan memperkuat sistem pengelolaan lingkungan kota.
Namun, tak hanya bergantung pada PSEL, Munafri juga tengah mengkaji penggunaan insinerator sebagai alternatif solusi jangka pendek. Teknologi pembakaran sampah ini, menurutnya, harus dipastikan ramah lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif baru.
“Insinerator ini bisa menjadi salah satu alternatif. Tapi kita harus pastikan teknologinya aman dan benar-benar jadi solusi, bukan malah menambah masalah,” pungkasnya.