Berita

Kembang Goyang Ningnong: Camilan Tradisional Betawi Rasa Kekinian

Tangerang Selatan – Siapa sangka kue tradisional Betawi, kembang goyang, bisa menjelma menjadi camilan modern yang digemari generasi muda? Adalah Setia Ningsih, warga Ciputat, Tangerang Selatan, yang sukses menyulap kembang goyang menjadi kudapan mini dengan varian rasa kekinian lewat brand Kembang Goyang Ningnong.

Berawal dari keprihatinan melihat citra kembang goyang yang dianggap kue kuno dan tidak praktis, Ningsih bertekad mengubah persepsi itu. “Rasanya enak, tapi tampilannya sering dianggap jadul. Saya ingin kembang goyang punya identitas baru yang lebih sehat dan menarik,” kata Ningsih saat ditemui di rumah produksinya, Senin (28/4/2025). Dikutip dari detik.com

Memulai usaha sejak 2019, awalnya Ningsih memproduksi aneka kue basah khas Betawi. Baru pada 2020, ia fokus mengembangkan kembang goyang. Saat pandemi COVID-19 melanda, ia justru memanfaatkan waktu untuk menyelesaikan berbagai legalitas usaha, mulai dari PIRT, HAKI, hingga sertifikasi halal.

Transformasi Modern dengan Sentuhan Lokal

Kembang Goyang Ningnong bukan sekadar reproduksi resep lama. Ningsih mengganti bahan dasarnya menjadi tepung mocaf dari singkong yang bebas gluten dan lebih sehat. Bentuk kue dibuat mini dan praktis—cukup sekali gigit—agar cocok dikonsumsi anak muda.

“Saya riset pasar juga, saya survei ke mahasiswa di kampus-kampus seperti UIN, Binus, UMN, sampai Unpam. Mereka suka varian rasa seperti coklat, kopi, dan matcha,” jelasnya. Hasil survei ini menjadi dasar inovasi rasa baru selain rasa original dan wijen hitam.

Kemasan kembang goyang pun dirancang kekinian dengan warna cerah seperti kuning, lengkap dengan konten media sosial yang relevan. Di Instagram dan Facebook, Ningnong mengedukasi cara baru menyantap kembang goyang, seperti dinikmati dengan susu ala sereal.

Naik Kelas Lewat UMKM Expo dan Pelatihan

Produk Kembang Goyang Ningnong tak hanya laris di pasaran, tapi juga mendapat pengakuan di berbagai pameran, termasuk BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di ICE BSD City. Ningsih berhasil lolos kurasi ketat dan mencatat omset hingga Rp8,5 juta selama pameran.

Keberhasilan ini tak lepas dari pelatihan yang ia ikuti, seperti BRIncubator dari BRI yang membekalinya dengan ilmu riset pasar dan strategi branding. “Kita butuh acara seperti pameran untuk mengenalkan produk dan edukasi ke masyarakat kalau ini bukan kembang goyang biasa,” katanya bangga.

Contoh Cultural Entrepreneurship

Pakar UMKM dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Rambat Lupiyoadi, menyebut Kembang Goyang Ningnong sebagai contoh cultural entrepreneurship: sebuah usaha yang tak hanya mengejar profit, tapi juga melestarikan budaya.

“Dengan pendekatan budaya, UMKM seperti ini punya nilai ekonomi sekaligus kultural yang kuat,” ujarnya. Rambat berharap pemerintah memberikan dukungan lebih kepada UMKM yang menjaga warisan budaya seperti makanan khas dan ikon lokal, termasuk kembang goyang dan ondel-ondel.


📝 Meta Description:


🏷️ Tags (Keyword Tags):

  • UMKM Betawi

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button