Digital Marketing

Funnel Marketing: Kenapa Banyak Orang Lihat Tapi Gak Beli?

Belajar dari Pengalaman Nyata Pebisnis Online

Beberapa tahun lalu, seorang pelaku bisnis online mengalami kekecewaan yang cukup besar. Akun Instagram tokonya ramai. View story naik, likes lumayan, komentar juga ada. Tapi anehnya, penjualan tetap sepi. Banyak yang melihat, tapi tak satupun yang checkout.
Situasi ini cukup membingungkan. Semua tampak baik di permukaan, tapi hasilnya tidak sesuai harapan.

Saat itu, ia sempat mengira penyebabnya adalah harga yang terlalu mahal, desain feed kurang menarik, atau produknya belum cukup bagus. Tapi setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata masalah utamanya adalah ketidaktahuan tentang funnel marketing — konsep yang saat itu belum ia pahami.

Gagal Memahami “Perjalanan Pelanggan”

Banyak pelaku UMKM berpikir bahwa promosi cukup dengan mengunggah foto produk, menuliskan harga, dan menunggu orderan masuk. Namun kenyataannya, orang tidak serta merta membeli hanya karena melihat produk sekali. Dibutuhkan proses — sebuah perjalanan yang disebut customer journey.

Inilah alasan mengapa memahami funnel marketing sangat penting.

Apa Itu Funnel Marketing?

Secara sederhana, funnel marketing menggambarkan proses penyaringan calon pembeli. Di bagian atas corong, banyak orang baru mengenal produk. Namun semakin ke bawah, jumlahnya menyusut karena hanya sebagian yang benar-benar membeli.
Tahapannya meliputi:

  1. Awareness – calon pelanggan mulai mengenal produk
  2. Interest – mulai tertarik
  3. Consideration – mempertimbangkan dan membandingkan
  4. Action – melakukan pembelian
  5. Loyalty – menjadi pelanggan setia

Kesalahan umum yang dilakukan oleh pelaku bisnis tadi adalah hanya fokus pada awareness — yang penting ramai dilihat, tanpa upaya mengarahkan calon pelanggan ke tahap berikutnya.

Konten Tidak Mengarahkan ke Tahap Selanjutnya

Sebagian besar konten yang dibagikan hanya berupa katalog dan harga produk. Padahal, calon pembeli yang belum mengenal brand membutuhkan alasan untuk percaya.

Setelah menyadari hal ini, strategi mulai diubah. Ia mulai merancang konten sesuai dengan tahapan funnel marketing.

BACA JUGA: Strategi Digital Marketing Hemat Budget untuk UMKM

Strategi Perbaikan Funnel Marketing

🧠 1. Awareness – Membuat Orang Tahu dan Peduli

Konten edukatif, tips ringan, hingga fakta menarik yang relevan dengan masalah target pasar mulai dibagikan secara rutin.
Contoh:

“5 Penyebab Kulit Kering Saat Musim Dingin – Nomor 3 Jarang Disadari!”

2. Interest – Bangun Ketertarikan

Konten mulai lebih personal. Dibagikan juga proses produksi, cerita pelanggan, atau pengalaman menggunakan produk.
Contoh:

“Awalnya dia ragu beli, tapi setelah seminggu pakai, kulitnya jadi glowing!”

3. Consideration – Bantu Mereka Membandingkan

Calon pelanggan yang sudah tertarik perlu dibantu membuat keputusan. Konten berupa testimoni, ulasan jujur, dan perbandingan produk mulai dimunculkan.
Contoh:

“Serum A vs Serum B – Mana yang Cocok Buat Kulit Sensitif?”

4. Action – Ajakan Beli yang Jelas

CTA (call to action) diperjelas. Landing page ditata lebih rapi dan promo dibuat lebih menarik.
Contoh:

“Promo Spesial Cuma Hari Ini – Klik Link di Bio untuk Checkout!”

5. Loyalty – Pelanggan Lama Jangan Dilupakan

Bentuk penghargaan dan keterlibatan diberikan kepada pembeli yang sudah pernah order. Mulai dari diskon eksklusif, email ucapan, hingga program referral.
Contoh:

“Spesial untuk kamu yang pernah beli: Diskon 20% untuk pembelian kedua!”

Pelajaran Penting: Bukan Soal Ramai, Tapi Soal Siapa yang Serius

Setelah funnel marketing diterapkan secara konsisten, penjual ini menyadari bahwa ramainya trafik bukan jaminan terjadinya penjualan. Yang paling penting adalah seberapa besar presentase calon pelanggan yang benar-benar turun ke tahap checkout dan akhirnya menjadi pelanggan setia.

Kini, setiap kali membuat konten, ia selalu bertanya:

“Konten ini ada di tahap funnel yang mana?”
“Apa yang bisa saya bantu supaya mereka melangkah ke tahap berikutnya?”

Kesimpulan: Funnel Marketing Bukan Sekadar Teori

Funnel marketing adalah cara berpikir yang fokus pada membangun hubungan dan kepercayaan.
Bagi pelaku bisnis online, memahami bahwa pelanggan butuh waktu dan pertimbangan sebelum membeli adalah langkah awal menuju kesuksesan jangka panjang.

Jika selama ini bisnis hanya ramai dilihat tapi minim pembelian, mungkin sudah saatnya untuk mengaudit strategi funnel marketing. Dengan menyusun konten dan pendekatan yang tepat, pelanggan tak hanya datang, tapi juga tinggal.

🎯 Sudah menerapkan funnel marketing dalam bisnismu?
Bagikan pengalamanmu di kolom komentar!

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button