Dai Penajam Syariat: Menyusuri Jejak Ustadz Fuad dalam Bisnis Golok Sembelih
Pisau boleh tajam, tapi hati tetap lembut. Dalam tangan Ustadz Fuad, golok bukan hanya alat potong, tapi alat dakwah. Ketika Idul Adha tiba, dan bilah tajam mengiris leher hewan kurban dengan cepat dan tepat, ada amal yang tak terlihat di baliknya — dari tangan seorang dai yang diam-diam mengasah syariat lewat bisnisnya.

Makassar – Saat takbir menggema di seluruh penjuru negeri, persiapan Idul Adha bukan hanya milik panitia kurban atau juru sembelih. Di balik layar, ada sosok-sosok yang turut menjaga kesempurnaan ibadah ini dengan cara yang mungkin tak banyak diketahui: memastikan tersedianya pisau dan golok sembelih yang sangat tajam – syarat penting dalam proses penyembelihan yang sesuai syariat.
Salah satunya adalah Al-Ustadz Fuad Qowwam حفظه الله, seorang dai keturunan Tionghoa yang juga alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Dikenal oleh kalangan santri dengan nama aslinya, Fuk Meng, ia kini membina generasi muda di Pondok Pesantren Fursanul Haq, Barombong, Kecamatan Tamalate, Makassar. Tapi tak banyak yang tahu bahwa sejak 2015, ia juga menekuni bisnis golok dan pisau sembelih.
Bermula dari Hobi, Berbuah Kebermanfaatan
“Saya memang hobi senjata tajam,” ungkap Ustadz Fuad ketika ditanya alasan memulai usaha ini. Bukan usaha warisan, melainkan hasil jerih payah sendiri yang dimulai dari nol. Dari hobinya itulah ia melihat celah manfaat: menyediakan alat sembelih yang benar-benar tajam, demi menegakkan syariat.
Dalam Islam, ketajaman pisau sembelih bukan soal teknis semata, melainkan bagian dari adab dan etika. Hewan yang disembelih harus diperlakukan dengan ihsan — satu sayatan, tanpa rasa sakit berulang. Karena itu, memilih alat sembelih yang berkualitas adalah bagian dari amanah.
Menjaga Tajam dan Terpercaya
Produk golok dan pisau sembelih yang dijual Ustadz Fuad berasal dari berbagai daerah: Sulawesi, Jabotabek, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Ia bermitra dengan para pandai besi terpilih dan hanya menggunakan bahan unggulan: baja Bohler, Elmax, hingga limbah logam berkualitas tinggi seperti bearing dan klep kapal yang tahan karat.
“Saya konsisten untuk tetap memilih bahan dan pengrajin yang berkualitas,” tegasnya.
Golok sembelih yang ia tawarkan dibanderol mulai dari Rp450.000 hingga Rp2 juta. Ia juga menerima jasa penajaman ulang, karena ketajaman adalah segalanya dalam dunia sembelih halal.

Musim Kurban, Musim Panen Pesanan
Permintaan golok sembelih melonjak drastis saat musim kurban. Para pelanggannya berasal dari berbagai kalangan: peternak, panitia kurban, hingga juru sembelih profesional. Namun, berbeda dengan banyak pelaku bisnis modern, Ustadz Fuad masih menjual secara langsung. Tak ada toko daring, hanya kepercayaan dari mulut ke mulut.
“Persaingan sedikit ketat,” akunya. Tapi sejauh ini, ia belum pernah merasakan tantangan yang berarti. Ketika kualitas dijaga, pelanggan datang dengan sendirinya.
Dan soal tips memilih golok kurban? Jawaban beliau sederhana dan efektif: “Cari golok dengan bahan baja yang minimal bisa mengiris kertas dengan mulus.”

Bisnis dengan Ibadah di Dalamnya
Meski usaha ini menjanjikan, Ustadz Fuad tak tergesa-gesa untuk memperluas jangkauan.
“Sesuai kondisi saja,” ujarnya kalem.
Baginya, bisnis ini bukan hanya soal laba. Ada nilai-nilai ibadah dan kebermanfaatan yang jauh lebih penting. Bisnisnya adalah perpanjangan dari misi dakwah — menyediakan alat untuk mereka yang ingin menjalankan ibadah kurban dengan cara yang benar dan mulia.
Yang berminat alat sembelih dan diskusi tentang penajaman pisau bisa menghubungi beliau di 082320974553.