Inspirasi

Biarlah Kehilangan Masa Muda,  Asal tak Kehilangan Kesempatan Berkarya

USAHAMUSLIM.ID, KEDIRI – Remaja itu baru berusia 22 tahun dan masih tercatat sebagai seorang mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi di kota Kediri, ketika usahamuslim.id menulis hasil perbincangan dengan remaja belia yang memiliki nama lengkap Refaldo Dian Arlianto ini.

Meski usianya masih sangat belia, namun pengalaman bisnisnya sudah seabrek-abrek, kemampuan managerialnya sungguh mumpuni, ditambah pula dengan jiwa leadershipnya yang luar biasa. Serangkaian skill yang jarang dimiliki oleh pemuda belia seusianya.

Ia adalah owner Garistepi Photo & Videography, sekaligus sebagai Conten Creator yang sedang mengembangkan sejumlah startup. Sebelumnya, Refaldo telah menjalani serangkaian kegagalan dan pengalaman yang cukup pahit.

“Semua lika-liku kegagalan yang saya alami, itu saya anggap sebagai proses pembelajaran. Bagi saya kegagalan hanyalah sebagai rangkaian pembelajaran yang memang wajib kita lalui.” Ujarnya.

Di usia 14 tahun, Refaldo mengambil sebuah keputusan yang tidak lazimnya dilakukan oleh seorang anak seusianya, yakni menggeluti bisnis Multi Level Marketing. Dari bisnis MLM inilah awal mula  munculnya cita-cita menjadi seorang pengusaha dalam dirinya. Sebuah cita-cita yang dianggap tidak mainstream, di mana hampir semua keluarga besarnya berlatar belakang PNS.

“Di saat mengikuti bisnis MLM itulah, saya digembleng menjadi pengusaha. Di situlah saya  menemukan banyak pelajaran tentang bagaimana menjadi seorang pebisnis. Sekarang di usia saya sudah remaja dan kuliah, saya sendiri sering heran menyaksikan anak-anak kecil yang asyik bermain, saya tanya usianya, lalu dia jawab 14 tahun. Aku tiba-tiba kaget , lho berarti aku dulu ikut MLM seusia itu ya….he he he, belum baligh dan seharusnya masih bermain pasir….he he…tetapi, meski usia saya ketika itu masih sangat kecil, namun dalam menjalani MLM, saya jalani dengan professional. Artinya saat MLM saya fokus dengan bisnisnya dan di saat sekolah, ya saya sekolah,”kata Refaldo.

Sampai akhirnya perusahaan MLM yang dia ikuti kolaps dan terbukti secara hukum adalah bisnis illegal, akibatnya Refaldo harus menanggung kerugian yang besar.

“Ya karena illegal akhirnya bisnis MLM itu tutup, saya menanggung kerugian yang besar. Saya harus bertanggungjawab mengembalikan semua uang nasabah yang saya kumpulkan dan telah saya setorkan ke perusahaan MLM.”

Meski mengalami kerugian, namun Refaldo merasakan sesuatu yang luar biasa,, yakni terbentuknya pola fikirnya untuk menjadi pengusaha. Ia menemukan banyak pelajaran dan pengalaman, terutama tentang leadership. Selepas dari MLM, bukannya kapok, dia malah beralih ke money game, tetapi ternyata ia juga mengalami kehabisan uang yang banyak.

“Seperti umumnya orang yang bangkrut, tentu ia akan berusaha dengan berbagai cara mengembalikan kerugiannya. Saya juga begitu, saya lalu bergabung di binary option lewat perkenalan dengan seseorang yang mengaku sebagai trader. Namun di trading inipun saya bangkrut dan kalah.” Ujarnya.

Setelah mengalami banyak kebangkrutan itu, Refaldo sempat berfikir dan merasa sebagai orang yang tidak berbakat menjadi pengusaha. Sampai ketika seorang kawannya datang dan kembali menawarkan sebuah bisnis, yakni bisnis jual-beli kunci jawaban ujian akhir sekolah untuk SMA.

Setelah sempat vakum dari dunia jual-menjual, tiba-tiba seorang kawan datang menawarkan sebuah dagangan yang dianggap memang sangat dibutuhkan oleh banyak orang, yakni kunci jawaban soal ujian. Seketika skill negosiasi dan pengalaman berbisnisnya kembali tergugah. “Sedangkan berbisnis ke orang dewasa saja saya lakukan, apalagi dengan sesama siswa, tentu lebih mudah,” fikirnya.

Namun, lagi-lagi bukan untung yang dia peroleh, kerugian sebesar Rp 30 juta menjadi resiko yang harus dia tanggung. Terror dari teman-temannya yang merasa dirugikan menjadi santapan sehari-harinya, dan memaksanya harus mengurung diri di kamar selama berhari-hari.

“Sampai di titik itu saya sempat berniat untuk ngamen. Saya tanyakan kepada kawan yang ngamen, berapa hasil yang dia peroleh dalam sehari, lalu saya mulai berhitung seberapa lama waktu yang saya butuhkan untuk menyelesaikan hutang saya. Itu semua saya anggap sebagai pengalaman. Saya yakin banyak anak seusia saya yang tidak memiliki pengalaman seperti itu. Harus berhadapan dengan masalah besar, menanggung beban kerugian yang berat, sampai harus sembunyi…he he…sampai saya tersadar, sampai kapan harus menghindar dan terus menghindar. Mindset harus dirubah, saya harus menemui semua teman-teman yang merasa telah dirugikan itu, saya harus menceritakan apa sebenarnya yang terjadi. Berterus terang dan bertanggungjawab, itu akan lebih baik, dibandingkan harus menghindar dan terus bersembunyi.” kenang Refaldo.

Setelah melakukan pertemuan dengan orang-orang yang merasa pernah dirugikan dalam bisnis, dan menceritakan apa yang terjadi, lalu menyampaikan ittikad baiknya, Refaldo yang sudah mulai merasa tenang dan sudah bisa beraktifitas dengan leluasa tanpa harus sembunyi-sembunyi itu, mulai menekuni bisnis dropship, dengan berjualan pakaian. Bisnis dropship itu, dilakukannya ketika lulus SMA, dan hanya bertahan selama setahun.

“Saya melihat cashflownya tidak begitu lancar, sehingga saya kemudian beralih berdagang kaki lima dengan produk kuliner bola ubi, saya perhatikan di Kediri belum ada orang yang jualan itu. Meskipun awalnya saya sendiri tidak tau bagaimana rasanya, modal nekad saja, resep dan cara membuatnya pun diperoleh dari hasil belajar lewat youtube. Namun itu juga hanya berjalan setahun.” katanya

“Semua kegagalan yang saya alami itu saya anggap sebagai rangkaian pembelajaran yang memang wajib saya lalui. Bodo amat dengan kegagalan, yang terfikir oleh saya adalah, inilah yang memang harus saya jalani dan saya harus enjoy menjalaninya, adapun masalah kesuksesan itu adalah urusannya Allah.” Imbuhnya.

Kesuksesannya bermula ketika sebuah perusahaan menawarkan kerjasama pembuatan konten video untuk channel youtube. Padahal dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang fotografi dan sejenisnya. Bahkan kamera dan perlengkapannya pun dia tidak punya. Satu-satunya modal yang dia punya adalah cita-citanya yang ingin menjadi pengusaha. Hanya dengan pengalaman dan pola fikir yang telah terbentuk sebagai seorang pengusaha itulah yang menjadikan Refaldo berani menerima tawaran kerja sama itu.

Menurutnya, mindset itulah yang penting. Bahwa ketika Anda berhasil menata mindset sebagai pengusaha, maka saat itulah Anda menjadi pengusaha. Bukan seberapa banyak modal yang Anda punya, bukan pula seberapa lengkap perlengkapan sarana dan prasarana yang telah Anda miliki.

Sebab ternyata, wirausaha itu bukan profesi, tetapi mindset. Ketika mindset pengusaha ini telah terbentuk dalam diri seseorang, maka dia akan berfokus pada bagaimana berproduksi untuk melengkapi fasilitas pendukung yang belum dia miliki, fakusnya adalah bagaimana menjadi lebih baik, membenahi dan melengkapi yang kurang.

“Mindset pebisnislah yang mengarahkan saya menerima tawaran itu, dan melakukan negosiasi dan akhirnya menjadi seorang fotografer, sebuah bidang pekerjaan yang belum pernah saya rambah sebelumnya, tidak pernah saya cita-citakan, bahkan tak pernah masuk ke dalam ranah fikiran saya selama ini. Andai saya tidak memiliki pola fikir bisnis, maka boleh jadi tawaran itu saya tolak dengan berbagai alasan, karena alasan bukan basic saya, karena alasan tidak punya perlengkapannya dan lain-lain.”

Selain membuat video content untuk client, Refaldo saat ini juga sibuk membuat konten untuk website usahanya. Dengan penguasaan marketing secara digital, serta konten yang dia publish melalui website itulah, dia banyak menerima orderan dan pesanan untuk dibuatkan konten.

“Nasehat saya bagi yang berminat untuk terjun dalam dunia bisnis, baik yang masih muda maupun yang sudah senior, saran saya adalah segeralah bertindak dari sejak anda berminat, jangan fikirkan mengenai modal, jangan persoalkan mengenai keterbatasan perlengkapan. Abaikan kekurangan yang anda alami. Fokuslah pada pengembangan diri, Jalankan saja sambil pelajari di mana letak kekurangannya, lalu perbaiki perlahan-lahan. Intinya jalankan dan jangan berhenti belajar. Jangan pernah menunda-nunda. Untuk yang masih muda, lebih baik Anda kehilangan masa remaja, daripada kehilangan kesempatan berkarya.” pungkasnya. (UM/Kha)

Show More

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button