Bapanas Dorong Ketahanan Pangan Lewat Diversifikasi Konsumsi dan Edukasi Gizi di ICA Chef Expo 2025

Jakarta — Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menekankan bahwa ketahanan pangan nasional harus dibangun secara menyeluruh melalui kombinasi intensifikasi dan ekstensifikasi produksi, serta diversifikasi konsumsi yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Ketahanan pangan tidak cukup hanya dengan memperbanyak produksi. Diversifikasi konsumsi sama pentingnya agar sistem pangan kita berkelanjutan,” ujar Arief saat berbicara dalam ajang Indonesia Culinary Art (ICA) Chef Expo 2025, Minggu (11/5), di Jakarta. Dikutip dari antaranews.com
Acara yang mengusung tema “Penguatan Konsumsi Pangan Lokal dan Edukasi Gizi Seimbang” ini dianggap sebagai momentum strategis untuk mendorong pola makan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), khususnya bagi generasi muda.
Arief menegaskan bahwa pangan lokal bukan sekadar bagian dari budaya, tetapi merupakan fondasi penting dalam membangun kemandirian pangan nasional dan memperbaiki gizi masyarakat. Menurutnya, sumber daya lokal seperti singkong, jagung, sorgum, ikan, dan jamur sangat potensial menjadi alternatif sumber gizi utama yang murah dan mudah diakses.
“Membangun masa depan bangsa dimulai dari piring makan anak-anak kita. Makanan bergizi tidak harus mahal jika kita memaksimalkan potensi pangan lokal,” ujarnya, merujuk pada program prioritas nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Sebagai wujud konkret edukasi, Bapanas bersama ICA menghadirkan demo masak langsung dengan kreasi menu berbasis pangan lokal dan prinsip gizi B2SA. Acara ini juga dirancang sebagai ruang kolaborasi dan regenerasi profesi kuliner, melibatkan pelajar SMK, mahasiswa, pelaku UMKM pangan lokal, hingga komunitas chef muda dari berbagai daerah.
“Keterlibatan lintas generasi dalam Chef Expo membuktikan bahwa dunia kuliner punya peran vital dalam mengubah pola konsumsi masyarakat,” kata Arief.
Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 77 jenis karbohidrat non-beras serta ratusan jenis protein lokal, baik nabati maupun hewani. Namun, sebagian besar sumber tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Padahal, menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, angka stunting nasional masih berada di angka 21,5 persen. Diversifikasi konsumsi pangan disebut sebagai salah satu kunci untuk menurunkan angka tersebut.
“Edukasi pangan harus dimulai dari rumah dan sekolah. Kami ingin mendorong kolaborasi antara chef, guru, UMKM, dan pemerintah agar anak-anak makan lebih sehat dan bangga terhadap kekayaan kuliner bangsa sendiri,” tutup Arief.
Bapanas berharap ajang seperti ICA Chef Expo dapat menjadi titik balik bagi tren kuliner nasional yang tidak hanya memprioritaskan rasa dan estetika, tetapi juga gizi, ketahanan, dan kedaulatan pangan.