Ekspor Ekraf Diganjal Tarif AS, Menparekraf Tetap Optimistis Tumbuh 5% per Tahun

JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menyatakan optimismenya terhadap kinerja ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia yang diproyeksikan tumbuh 5% setiap tahun, meski tengah menghadapi tekanan tarif tinggi dari Amerika Serikat.
Riefky mengungkapkan bahwa tarif ekspor ke AS yang mencapai 32% tidak menyurutkan langkah pemerintah dalam memperluas pasar produk ekraf Indonesia, seperti fesyen, kriya, furnitur, dan lainnya.
“Tahun ini kami menargetkan ekspor ekraf sebesar US$ 26,44 miliar atau sekitar Rp 429,76 triliun. Tahun depan ditargetkan tumbuh 5%, dan pada 2029 diproyeksikan mencapai US$ 32,94 miliar atau Rp 535,55 triliun,” ujar Riefky di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (9/7/2025). Dikutip dari detik.com
Ia menambahkan, Presiden Prabowo Subianto saat ini tengah aktif mencari pasar alternatif untuk menekan dampak dari perang tarif yang diberlakukan AS. Sejalan dengan itu, Kemenparekraf turut mengawal proses negosiasi yang dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Washington.
“Presiden sedang mengupayakan perluasan pasar, dan kami ikut dalam tim negosiasi ke Amerika Serikat. Kami terus memantau perkembangannya,” kata Riefky.
Selain diplomasi internasional, Kementerian Ekraf juga menggandeng berbagai asosiasi pelaku industri untuk memetakan dan menjajaki pasar-pasar baru. Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Presiden Prabowo sebagai bagian dari strategi memperluas jalur distribusi produk ekraf ke kancah global.
“Dari sinilah akan lahir saluran baru bagi para pelaku ekonomi kreatif yang terdampak oleh kenaikan tarif ekspor ini,” lanjutnya.
Riefky juga menjelaskan bahwa beban tarif tinggi dari AS tak hanya dialami Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di Asia Tenggara. Untuk itu, pemerintah aktif menjalin komunikasi dengan negara mitra dan Kementerian Luar Negeri untuk membuka peluang pasar baru melalui kerja sama antarnegara.
“Begitu pembicaraan di tingkat antar-pemerintah (G2G) selesai, kami harap akan ada akses pasar baru yang terbuka bagi produk ekraf Indonesia,” tandasnya.