ASEAN Didorong Rumuskan Konsensus Regional untuk Pengembangan Keuangan Islam

JAKARTA – Para pakar menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara di kawasan ASEAN untuk memperkuat ekosistem keuangan Islam. Country Economist Islamic Development Bank (IsDB) Regional Hub Indonesia, Ali Mansour Fallahi, menilai keterbatasan inisiatif nasional menjadi hambatan utama pertumbuhan sektor ini.
Ali Mansour Fallahi mengungkapkan bahwa selama ini negara-negara anggota ASEAN bergerak secara terpisah dalam merancang produk halal, zakat, dan wakaf. “Padahal, untuk produk halal, zakat, atau wakaf, seharusnya ada konsensus bersama,” ujarnya pada Islamic Finance Dialogue (IFD) 2025 di Jakarta, Senin (tanggal). Dikutip dari antaranews.com
Sejalan dengan itu, Profesor Mohamad Akram Laldin dari INCEIF University, Malaysia, menekankan perlunya struktur kolaboratif di tingkat regional. Menurut Akram, dominasi inisiatif nasional harus diubah menjadi agenda bersama. “Jika dalam lima hingga sepuluh tahun kita dapat membangun usaha kolaboratif, posisi ASEAN dalam kancah global akan semakin kuat,” katanya.
Menyambung usulan tersebut, Deputi Direktur Bisnis Digital dan Pusat Data Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Dedi Wibowo, memastikan Indonesia tengah mematangkan integrasi laporan State of Global Islamic Economic Report (SGIE) dengan kondisi ekonomi regional untuk menciptakan dampak nyata.
Dalam rangkaian Indonesia Sharia Forum 2025, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan komitmen Kementerian BUMN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah melalui penguatan lembaga finansial berbasis syariah. “Ekonomi syariah tidak mungkin tumbuh tanpa dukungan bank dan asuransi syariah. Karena itu, kami terus mendorong konsolidasi perbankan syariah, asuransi syariah, dan pola keuangan syariah ke depan,” tegas Erick.