Fiqih Muamalah

Hukum Pegadaian Syariah

Hukum Pegadaian Syariah – Pegadaian syariah (rahn) merupakan solusi keuangan tanpa riba yang sesuai dengan prinsip Islam. Artikel ini akan membahas dasar hukum, prinsip pelaksanaan, dan perbedaan pegadaian syariah dengan konvensional.

Pegadaian syariah, atau rahn, adalah praktik gadai yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam.

Pegadaian syariah adalah alternatif yang baik bagi masyarakat yang ingin melakukan transaksi gadai sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, penting bagi kita untuk memahami prinsip-prinsip dan akad yang digunakan dalam pegadaian syariah agar transaksi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan agama.

A. Dasar Hukum Pegadaian Syariah

1. Al-Qur’an

Pegadaian atau rahn disebutkan dalam Al-Baqarah ayat 283, sebagai bentuk transaksi utang piutang dengan jaminan.

“Jika kamu sedang dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang…” (QS. Al-Baqarah: 283)

Ayat ini menegaskan diperbolehkannya transaksi utang dengan jaminan.

2. Sunnah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melakukan transaksi gadai:

“Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menggadaikan baju besi beliau kepadanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan legitimasi gadai dalam syariat Islam.

3. Fatwa DSN-MUI

DSN-MUI telah mengeluarkan beberapa fatwa terkait pegadaian syariah, seperti Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. Fatwa ini menjadi pedoman bagi lembaga-lembaga keuangan syariah dalam menjalankan praktik pegadaian.

B. Prinsip-Prinsip Pegadaian Syariah

Tidak Mengandung Riba

Dalam pegadaian syariah, tidak diperbolehkan adanya bunga atau tambahan yang bersifat riba. Yaitu tidak mengambil keuntungan (bunga) yang didasarkan atas nilai piutang yang diberikan kepada nasabah.

BACA JUGA: Bolehkah Ikut Asuransi Syariah?

Ujrah sebagai Pengganti Keuntungan

Lembaga pegadaian syariah boleh mengambil ujrah (biaya pemeliharaan atau penitipan barang jaminan).

Nilai ujrah ini harus berupa nilai harga yang fix dan ditetapkan di awal akad dengan batasan waktu yang disepakati.

Barang Jaminan yang Halal

Barang yang digadaikan harus halal, tidak boleh barang haram atau yang bertentangan dengan nilai syariah (misalnya miras, narkoba, dan sejenisnya).

Barang yang digadaikan haruslah barang yang halal dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah

C. Perbedaan Pegadaian Syariah dan Konvensional

Aspek Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
Sumber Keuntungan Ujrah (biaya penitipan) Bunga atas pinjaman
Akad Akad Rahn & Ijarah (akad syariah) Akad utang piutang berbasis bunga
Transaksi Riba Dihindari Mengandung riba
Kesesuaian Syariah Sesuai syariat Islam Tidak mengikuti prinsip-prinsip syariah

Kesimpulan

Pegadaian syariah merupakan alternatif keuangan yang halal dan sesuai prinsip Islam. Dengan menghindari riba, menggunakan akad yang sah seperti rahn dan ijarah, serta tunduk pada fatwa DSN-MUI, masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dengan aman dan berkah. Memahami hukum dan prinsipnya akan membantu kita bertransaksi lebih bijak sesuai tuntunan syariah.

Jika kamu sedang mencari artikel seputar fikih muamalah dan produk muamalah kontemporer yang kerap dianggap haram di Indonesia, silakan baca di Penjelasan Seputar Fikih Muamalah

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button