Mentan Libatkan BUMN Bangun Ekosistem Peternakan Nasional
JAKARTA — Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan pemerintah akan melibatkan badan usaha milik negara (BUMN) dalam pengelolaan ekosistem peternakan nasional. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat sektor hulu industri peternakan Indonesia.
“Nanti BUMN bergerak di hulu. Jadi mulai dari grandparent stock, parent stock, sampai final stock,” ujar Amran di Graha Mandiri, Jakarta, Selasa (11/11/2025). Dikutip dari tempo.co
Proyek tersebut menjadi bagian dari pendanaan Danantara senilai Rp 20 triliun. Melalui skema ini, BUMN akan mengelola pabrik yang memproduksi berbagai kebutuhan peternak, mulai dari bibit ayam (day old chicken/DOC), pakan ternak, hingga vaksin.
Amran, yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pangan Nasional, menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan menstabilkan harga pakan serta menjaga ketersediaan DOC di pasar. Ia berharap langkah tersebut dapat meringankan beban peternak kecil.
“Dengan sistem ini, harga bisa dikontrol sehingga peternak kecil tetap untung dan konsumen tidak terbebani,” ujarnya.
Amran menepis anggapan bahwa proyek bernilai triliunan rupiah itu hanya ditujukan untuk mendirikan peternakan kecil baru. Namun, ia tidak menutup kemungkinan pembangunan peternakan baru tetap dilakukan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Kemarin sempat ada salah paham, dikira ini hanya untuk membangun yang kecil-kecil. Padahal tujuannya membangun ekosistem besar dari hulu,” jelasnya.
Saat ini, pemerintah masih melakukan studi kelayakan (feasibility study) dan menargetkan pembangunan ekosistem peternakan dimulai pada Januari 2026.
Amran optimistis proyek tersebut akan membantu menstabilkan harga telur ayam di tingkat konsumen. Selama dua bulan terakhir, harga telur ayam tercatat di atas harga acuan pembelian (HAP). Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga telur di pasar mencapai Rp32.500 per kilogram pada Selasa (11/11/2025), lebih tinggi dari HAP sebesar Rp30.000 per kilogram.
Menurut Amran, kenaikan harga telur juga dipicu meningkatnya permintaan akibat program MBG. “Kenaikannya justru berdampak positif bagi pergerakan ekonomi. Tiga bulan lalu harga telur masih Rp18.000,” pungkasnya.