Berita

Dari Sampah Jadi Produk Bernilai Ekspor, UMKM Robries dan Lumosh Tembus Pasar Global

Dibantu IDDC Kemendag, pelaku UMKM berbasis daur ulang plastik dan keramik ini sukses bawa karya berkelanjutan ke Singapura, Malaysia, hingga Uni Eropa.

Jakarta – Bagi banyak orang, sampah sering dipandang sebagai barang tak berguna dan sumber masalah. Namun di tangan para inovator kreatif, limbah justru bisa disulap menjadi produk bernilai tinggi yang diminati pasar global.

Salah satunya dilakukan oleh CEO & Founder Robries, Syukriyatun Niamah, serta Co-Founder Lumosh, Raymond Tjiadi. Melalui kreativitas dan komitmen terhadap lingkungan, keduanya berhasil menjadikan sampah sebagai bahan baku produk bernilai ekspor.

Syukriyatun menjelaskan, Robries berdiri sejak 2018 dengan fokus mengubah sampah botol plastik menjadi berbagai produk furnitur artistik. Langkah ini tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga menjadi upaya menjaga kelestarian lingkungan.

Namun, perjalanan bisnis daur ulang tidak mudah. Ia mengakui, tantangan utama terletak pada edukasi pasar dan ketersediaan bahan baku yang tidak selalu konsisten.

“Tantangan dalam memasarkan produk daur ulang adalah edukasi market, karena produk ini belum umum. Tantangan lain juga pada suplai sampah plastik yang tidak konsisten,” ujar Syukriyatun di booth Indonesia Design Development Center (IDDC) Kementerian Perdagangan, dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, Sabtu (18/10/2025). Dikutip dari detik.com

Meski begitu, Robries terus berinovasi menjaga kualitas bahan baku dan desain produknya. Kini, perusahaan tersebut telah mengolah lebih dari 145 ton sampah plastik dan menghasilkan 25 ribu produk, yang dipasarkan ke Singapura, Malaysia, dan segera Uni Eropa.

“Kami sudah punya distributor resmi di Singapura dan Malaysia, dan akan menyusul di Uni Eropa,” tambahnya.

Kesuksesan itu tak lepas dari peran IDDC Kemendag, yang mendampingi pelaku UMKM kreatif untuk menembus pasar global. Melalui program kurasi, bimbingan desain, dan riset pasar, IDDC menjadi jembatan antara produk lokal dan pembeli internasional.

“Selama empat tahun kami ikut bimbingan IDDC. Tahun ini, produk kami mendapat Best Design Indonesia dan Good Design Award Japan. Penghargaan ini sangat berpengaruh pada penetrasi pasar ekspor,” jelas Syukriyatun.

Senada dengan itu, Raymond Tjiadi dari Lumosh juga merasakan manfaat besar dari program IDDC. Lumosh dikenal dengan produk berbahan limbah keramik seperti piring, gelas, dan perabot rumah tangga dengan desain artistik dan berkarakter.

Menurut Raymond, riset dan dukungan IDDC membantu Lumosh dalam pengembangan desain dan strategi pasar global.

“Kami dibantu riset dan desain agar produk kami terlihat representatif sebagai hasil daur ulang. Bahkan IDDC juga memberi masukan soal negara tujuan ekspor,” ujarnya.

Lumosh kini tengah menjajaki peluang ekspor ke Amerika Serikat dan kawasan Timur Tengah.

“Dari IDDC kami diberi saran untuk masuk lewat sektor living room display atau tableware. Bahkan sudah ada buyer dari Timur Tengah yang menunjukkan ketertarikan serius,” ungkap Raymond.

Ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, yang diikuti lebih dari 8.000 pembeli dari 130 negara, menjadi panggung penting bagi pelaku UMKM berkelanjutan seperti Robries dan Lumosh untuk memperluas jangkauan pasar dan memperkenalkan kreativitas Indonesia ke dunia.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button