KulinerTips Bisnis

Cerita Bisnis Kuliner Makassar: Strategi, Peluang, dan Tips Sukses

Bisnis Kuliner Makassar – Kalau ada satu hal yang nggak pernah gagal bikin saya jatuh cinta, itu pasti makanan. Jujur, saya tipe orang yang bisa melupakan banyak hal, tapi soal rasa di lidah, ingatan saya cukup tajam. Nah, beberapa waktu lalu, saya sempat kepikiran: kenapa ya, makanan khas Makassar yang super enak itu masih jarang banget dibawa ke kota-kota lain dengan kemasan bisnis yang serius?

Dari situ, saya mulai ngulik. Saya jalan-jalan, makan di beberapa warung khas Makassar, ngobrol sama teman perantau asal Sulawesi, sampai akhirnya bikin catatan kecil yang berubah jadi ide bisnis kuliner. Buat kamu yang lagi cari inspirasi usaha, mungkin cerita saya ini bisa jadi peta jalan kecil untuk mulai melirik bisnis makanan khas Makassar.

Kenapa Makassar?

Pertanyaan pertama yang muncul pasti: kenapa harus makanan Makassar?

Jawabannya gampang banget. Karena cita rasanya beda dari yang lain. Saya masih ingat pertama kali nyicip Coto Makassar di sebuah warung sederhana. Kuahnya kental, aromanya harum, dagingnya lembut banget. Rasanya nggak ada duanya. Lalu saya coba Sop Konro, iga sapi besar dengan kuah hitam pekat yang bikin ketagihan. Belum lagi Pallubasa, yang gurih manisnya bisa bikin kamu nggak sadar nambah nasi berkali-kali.

bisnis kuliner makassar
Coto Makassar (Instagram/@hanhanny)

Dan jangan lupakan minumannya: Es Pisang Ijo dan Es Pallu Butung. Dua-duanya bukan cuma pelepas dahaga, tapi juga punya tampilan yang cantik banget buat difoto.

Di luar Makassar, makanan-makanan ini udah cukup populer, tapi sering kali rasanya “kurang nendang”. Nah, di situ letak peluangnya: menghadirkan rasa asli Makassar yang tetap bisa diterima lidah lokal.

Pelajaran Pertama: Bumbu Harus Pas

Saya sempat ngobrol sama seorang ibu asal Gowa yang udah 20 tahun tinggal di Jawa Tengah. Katanya, setiap kali dia bikin Coto Makassar buat tetangga, pasti laris. Tapi, ada trik kecil yang dia lakukan: dia menyesuaikan kadar manis bumbunya biar cocok sama lidah orang Jawa.

bisnis kuliner makassar pallubasa
foto:ig/@infopromo.makassar

Itu bikin saya sadar: kalau mau jualan makanan khas daerah, kita harus pinter adaptasi rasa.

  • Di Jawa Tengah, orang lebih suka rasa manis.
  • Di Jawa Barat, mereka lebih suka gurih-asin.
  • Di Padang, pedas jadi identitas.

Saya sempat salah langkah waktu bikin resep uji coba. Waktu itu, saya bikin Sop Konro versi super pedas, karena saya pribadi suka. Eh, ternyata beberapa teman yang coba malah nggak kuat, mereka bilang kuahnya terlalu “galak”. Dari situ, saya belajar: jangan paksain selera pribadi, tapi pahami lidah mayoritas konsumen.

Pelajaran Kedua: Kualitas Bahan Nggak Bisa Ditawar

Salah satu pengalaman lucu sekaligus pahit yang saya alami waktu coba bikin Pallubasa untuk dijual adalah: saya nekat pakai daging seadanya dari pasar dekat rumah. Hasilnya? Kuahnya sih oke, tapi tekstur dagingnya alot, jauh dari harapan. Teman-teman yang coba langsung bisa bedain kalau rasanya “nggak seautentik biasanya”.

Sejak itu, saya paham: bahan baku harus juara. Kalau bisa, ambil langsung dari sumber aslinya. Bumbu rempah khas Makassar yang dikirim langsung, kacang tanah sangrai, bahkan kerupuk pelengkapnya. Orang bisa menolerir harga agak mahal, tapi mereka nggak akan balik lagi kalau rasa makanannya mengecewakan.

Pelajaran Ketiga: Variasi Menu Itu Penting

Ini pengalaman yang sering banget saya lihat. Ada teman yang diajak makan di restoran khas Makassar, tapi akhirnya cuma pesan nasi putih sama ayam goreng, karena nggak terbiasa sama jeroan atau kuah kental. Dari situ, saya sadar: kalau buka restoran khas Makassar, jangan saklek hanya sajikan menu tradisional.

Saya bayangin ada menu seperti:

  • Nasi Goreng Konro → nasi goreng dengan bumbu kuah konro, rasanya familiar tapi tetap unik.
  • Ayam Rica Makassar → buat mereka yang lebih suka ayam ketimbang sapi.
  • Seafood Ala Losari → biar orang yang cinta ikan juga punya pilihan.

Dengan variasi menu, semua orang bisa makan bareng tanpa ada yang merasa “nggak ada makanan buat saya”.

Pelajaran Keempat: Branding Itu Kunci

Saya percaya, nama menu bisa jadi alat promosi gratis. Contoh: kalau saya kasih nama “Coto Benteng Rotterdam”, orang langsung kepo, kenapa namanya begitu? Atau “Es Pallu Butung Pelangi”, pasti bikin mereka penasaran.

Dulu, saya pernah coba kasih nama “Es Pisang Ijo Galaxy” cuma karena saya pakai sirup warna biru campur pink. Dan benar saja, banyak orang beli cuma karena ingin lihat bentuknya. Branding ini bukan sekadar lucu-lucuan, tapi bisa jadi identitas yang bikin menu kita diingat orang.

Pelajaran Kelima: Suasana Restoran Bikin Orang Betah

Saya pernah masuk ke sebuah warung sederhana di pinggir jalan, tapi di dalamnya penuh foto-foto Pantai Losari, miniatur perahu Pinisi, dan musik Makassar yang mengalun pelan. Rasanya kayak pulang kampung padahal saya lagi di kota lain. Itu pengalaman yang membekas banget.

Kalau suatu saat saya benar-benar buka restoran, saya pasti akan bikin interior dengan nuansa Makassar yang Instagramable. Karena jujur, generasi sekarang suka banget cari spot foto. Begitu mereka posting di Instagram atau TikTok, itu promosi gratis buat bisnis kita.

Pelajaran Keenam: Promosi Harus Kreatif

Kalau dipikir-pikir, promosi sekarang nggak bisa lagi cuma andalkan spanduk depan toko. Orang lebih sering scroll TikTok daripada baca papan reklame. Jadi strategi promosi saya bayangin gini:

  • Video singkat: proses bikin Coto dari nol sampai matang, pasti bikin ngiler.
  • Kolaborasi influencer lokal: undang food vlogger buat review.
  • Promo kreatif: misalnya “Makan Sop Konro Gratis Es Pisang Ijo Kalau Bisa Habis Sendiri”.

Selain bikin rame, strategi kayak gini juga bikin orang merasa punya pengalaman seru, bukan cuma makan.

Pasar Utama: Perantau dan Penikmat Kuliner

Saya punya banyak teman asal Sulawesi yang tinggal di luar Makassar. Mereka sering banget curhat, kangen makan makanan khas kampung halaman. Jadi, kalau ada restoran Makassar yang rasanya autentik, mereka pasti bakal jadi pelanggan setia.

Selain itu, orang-orang sekarang suka banget eksplorasi makanan. Wisata kuliner udah jadi gaya hidup. Dan percayalah, makanan Makassar punya semua kriteria buat jadi destinasi kuliner yang wajib dicoba.

Apa yang Akan Saya Lakukan Kalau Jadi Pebisnis Kuliner Makassar?

Kalau saya benar-benar serius buka bisnis ini, langkah saya akan begini:

  1. Riset lokasi: cari kota dengan banyak perantau Makassar.
  2. Uji coba resep: bikin beberapa variasi rasa dan minta feedback.
  3. Branding kuat: bikin logo, nama menu unik, interior khas Makassar.
  4. Promosi digital: fokus di Instagram & TikTok.
  5. Pelayanan ramah: bikin konsumen betah dan merasa kayak makan di rumah.

Saya yakin, kombinasi strategi ini bisa bikin restoran bukan cuma laris, tapi juga bertahan lama.

Penutup: Bisnis Kuliner Makassar Itu Bukan Sekadar Jualan

Buat saya, makanan bukan cuma soal kenyang. Makanan adalah identitas, cerita, bahkan cara kita mengenalkan budaya. Membawa kuliner Makassar ke kota lain artinya juga membawa sedikit “jiwa” Sulawesi Selatan ke meja makan orang.

Jadi, kalau kamu lagi bingung mau buka bisnis apa, coba deh lirik makanan khas Makassar. Dengan rasa yang kuat, branding yang kreatif, dan strategi promosi yang tepat, ini bisa jadi bisnis emas. Dan siapa tahu, restoran kamu nanti jadi tempat nongkrong favorit yang viral di media sosial.

👉 Jadi, gimana menurut kamu? Kalau suatu hari kita ketemu di restoran khas Makassar, menu apa yang paling pengen kamu coba duluan: Coto Makassar, Sop Konro, atau Es Pisang Ijo?

 

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button