Pemerintah Dorong Pembiakan Sapi Hidup untuk Perkuat Ekonomi Desa dan Kurangi Impor Daging Beku

Jakarta – Pemerintah tengah memperkuat strategi pengembangan peternakan nasional dengan mendorong pembiakan dan penggemukan sapi hidup di dalam negeri. Langkah ini bertujuan meningkatkan ketersediaan ternak lokal sekaligus menciptakan efek ekonomi berkelanjutan di tingkat masyarakat.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemerintah kini mulai beralih dari kebijakan impor daging beku menuju pengadaan live cattle atau sapi hidup. Strategi ini, menurutnya, diyakini mampu mendorong tumbuhnya peternakan rakyat dan memperluas dampak ekonomi di pedesaan.
“Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, kita ingin mengembangkan sapi hidup. Jadi bukan daging langsung yang diimpor, tetapi sapi hidupnya. Dengan begitu, ekonomi pedesaan bisa tumbuh lewat kegiatan pembiakan dan penggemukan,” ujar Arief, dikutip dari bisnis.com.
Arief menjelaskan, pemerintah akan secara bertahap mengurangi impor daging beku dari luar negeri dan memperluas pengadaan berbagai jenis sapi hidup untuk dibudidayakan di dalam negeri. Kebijakan ini juga disesuaikan dengan Proyeksi Neraca Pangan Nasional untuk daging sapi dan kerbau.
Berdasarkan data per 2 September 2025, produksi daging sapi dan kerbau nasional diperkirakan mencapai 555.100 ton, meningkat 17,8% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 471.200 ton. Namun, kebutuhan konsumsi masyarakat mencapai 766.900 ton, sehingga masih terdapat defisit pasokan.
“Kita patut mengapresiasi Kementerian Pertanian yang terus meningkatkan produksi daging ruminansia secara bertahap. Produksi dalam negeri tetap harus menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” tambah Arief.
Sementara itu, data Panel Harga Pangan Bapanas menunjukkan harga daging ruminansia di pasar relatif stabil pada Oktober 2025. Harga rata-rata daging sapi nasional berada di Rp134.900 per kilogram, turun 0,17% dibandingkan bulan sebelumnya. Harga daging kerbau lokal juga turun tipis 0,20% menjadi Rp141.080 per kilogram.
Arief menegaskan, pengembangan sapi hidup tidak hanya menjamin pasokan daging, tetapi juga membuka lapangan kerja baru di sektor agribisnis pedesaan.
“Kalau ada pembiakan dan penggemukan, ada yang ngarit, memberi pakan, dan merawat ternak. Itu menciptakan lapangan kerja. Jadi bukan hanya importir atau pedagang yang untung, tapi juga masyarakat desa,” ujarnya.
Dengan kebijakan baru ini, pemerintah berharap ketahanan pangan nasional dapat semakin kuat sekaligus menumbuhkan ekonomi rakyat di sektor peternakan.