Dinul Islam

Stop Ghibah! Jangan Sampai Puasa Hanya Mendapatkan Lapar dan Haus

Stop Gibah – Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perbuatan yang bisa merusak pahala puasa itu sendiri. Salah satu godaan yang sering tidak disadari adalah ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Ghibah diibaratkan dalam Al-Qur’an seperti memakan daging mayat saudara sendiri—sesuatu yang seharusnya menjijikkan bagi siapa pun yang beriman.

Ghibah: Dosa Besar yang Sering Diremehkan

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

ﻭَﻻَ ﻳَﻐْﺘِﺐْ ﺑَﻌْﻀُﻜُﻢْ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺃَﻳُﺤِﺐُّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻟَﺤْﻢَ ﺃَﺧِﻴْﻪِ ﻣَﻴْﺘًﺎ ﻓَﻜَﺮِﻫْﺘُﻤُﻮْﻩُ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﻮَّﺍﺏٌ ﺭَﺣِﻴْﻢٌ

“Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati? Pasti kalian membencinya. Maka bertakwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Dari ayat ini, jelas bahwa ghibah adalah perbuatan yang sangat tercela dan dibenci Allah. Namun, sering kali seseorang tidak sadar bahwa mereka telah melakukan ghibah. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menjelaskan dengan sangat gamblang:

“Tahukah kalian apa itu ghibah?”

Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Beliau shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.”

Lalu seseorang bertanya, “Bagaimana jika apa yang aku katakan memang benar adanya?”

Beliau menjawab, “Jika memang benar, maka itu ghibah. Namun, jika tidak benar, maka engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim 2589)

Jika sesuatu yang dikatakan benar saja sudah termasuk ghibah, apalagi jika itu tidak benar? Itu sudah masuk dalam kategori fitnah yang dampaknya lebih besar lagi.

Ghibah Merusak Pahala Puasa

Salah satu tantangan saat berpuasa adalah menjaga lisan agar tidak berkata yang sia-sia atau bahkan merugikan orang lain. Sayangnya, banyak orang yang mampu menahan lapar dan haus, tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak membicarakan orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

“Puasa bukan hanya sekadar menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perkataan sia-sia dan perbuatan keji. Jika ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah, ‘Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.’” (HR. Ibnu Majah, Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 1082)

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa yang sesungguhnya bukan hanya menahan nafsu makan, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa.

Sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu pernah berpesan:

“Jika engkau berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu dari dusta. Jangan menyakiti tetanggamu, dan hendaknya engkau tetap tenang dan penuh wibawa pada hari puasamu.” (Lathaif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali)

Puasa yang Sia-Sia

Ada sebuah peringatan keras bagi orang yang berpuasa tetapi tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Thabrani, shahih lighairihi)

Lebih dari sekadar kehilangan pahala, orang yang tetap melakukan keburukan seperti ghibah saat berpuasa bisa jadi malah merugi. Allah tidak membutuhkan puasanya, sebagaimana disampaikan dalam hadis berikut:

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, maka Allah tidak membutuhkan rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Hadis ini menegaskan bahwa tujuan puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga untuk membersihkan diri dari kebiasaan buruk, termasuk ghibah.

Bagaimana Menghindari Ghibah?

Agar puasa kita benar-benar bernilai di sisi Allah, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari ghibah:

1. Mengingat Bahwa Ghibah adalah Dosa Besar

Jika kita benar-benar memahami betapa beratnya dosa ghibah, kita akan lebih berhati-hati dalam berbicara. Coba bayangkan jika setiap kali kita membicarakan orang lain, itu sama dengan memakan daging mayatnya—sesuatu yang sangat menjijikkan.

2. Mengisi Waktu dengan Hal yang Lebih Bermanfaat

Alih-alih bergosip, gunakan waktu untuk hal yang lebih produktif seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, atau mendengarkan kajian Islam. Dengan begitu, kita bisa menjaga diri dari godaan untuk membicarakan orang lain.

3. Menghindari Lingkungan yang Suka Bergosip

Sering kali, ghibah terjadi karena terbawa suasana. Jika kita berada di lingkungan yang suka membicarakan orang lain, sebaiknya menghindar atau mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih bermanfaat.

4. Mengingatkan Diri Bahwa Puasa Bukan Hanya Menahan Lapar

Setiap kali kita tergoda untuk berkata buruk atau mendengarkan gosip, ingatlah bahwa puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perbuatan yang bisa mengurangi pahala.

5. Beristighfar dan Bertaubat

Jika tanpa sadar kita telah melakukan ghibah, segera bertaubat dan beristighfar kepada Allah. Jika memungkinkan, mintalah maaf kepada orang yang telah kita bicarakan agar hati kita lebih tenang.

Kesimpulan

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala sesuatu yang bisa merusak pahala. Ghibah adalah salah satu dosa yang sering diremehkan, padahal dampaknya sangat besar dalam merusak ibadah puasa kita. Oleh karena itu, marilah kita berusaha menjaga lisan kita agar puasa yang kita jalani benar-benar bernilai di sisi Allah.

Semoga kita semua bisa menjalankan puasa dengan hati yang bersih dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat. Aamiin.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button